Dalam pengelolaan sumber daya, terdapat dua pendekatan yang dapat diambil, yaitu pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach) dan pendekatan berbasis aset (asset-based approach). Pendekatan berbasis aset lebih diutamakan karena mendorong pemikiran positif dan mencari peluang, sementara pendekatan berbasis kekurangan cenderung menimbulkan pikiran negatif.
Selanjutnya, pengelolaan sumber daya sekolah dapat dilakukan dengan memanfaatkan konsep Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann. PKBA merupakan kerangka kerja yang membangun kemandirian komunitas dengan fokus pada potensi aset yang dimilikinya, bukan pada masalah dan kekurangan. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada masalah dan kebutuhan. PKBA lebih menitikberatkan pada kapasitas, kemampuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian, PKBA mendorong terciptanya kehidupan komunitas yang lebih berkelanjutan dan berdaya guna.
Di dalam sebuah sekolah, pendekatan PKBA dapat diterapkan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh seluruh warga sekolah. Hal ini dilakukan melalui pemetaan tujuh modal utama, yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal lingkungan, dan modal finansial. Pengelolaan ketujuh modal ini dapat menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, kita harus memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya di sekolah. Penting untuk mengadopsi pendekatan berbasis aset dan memanfaatkan sumber daya secara optimal guna mewujudkan perubahan yang berpihak pada murid. Dengan menggali kekuatan komunitas sekolah, baik dari komponen biotik maupun abiotik, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat.
4. Penerapan (Future)
Kedepannya, dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin di kelas dan di sekolah, saya menyadari bahwa pentingnya mengelola tujuh aset utama sebagai kekuatan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Saya akan menggunakan pendekatan berbasis kekuatan/aset dan pendekatan berbasis kekurangan dalam upaya mencapai tujuan tersebut. Saya melihat peran guru sebagai aset utama dalam proses pembelajaran. Sebagai pemimpin, saya percaya bahwa guru harus terus berinovasi dan mengembangkan diri untuk mengelola sumber daya di kelas dan di sekolah guna menciptakan lingkungan pendidikan yang benar-benar berpihak pada murid.
Saya akan berusaha untuk membimbing siswa, memberdayakan peran dan nilai-nilai guru, merumuskan visi perubahan yang jelas, membangun budaya positif di lingkungan sekolah, menerapkan pendekatan pembelajaran yang beragam dan memperhatikan aspek sosial emosional siswa, agar dapat membuat keputusan yang tepat. Saya juga akan melakukan pendampingan dan supervisi akademik secara teratur, serta membuat keputusan yang berlandaskan pada nilai-nilai moral yang luhur.
Pengelolaan sumber daya yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, berdaya guna, dan berorientasi pada kebaikan bersama. Dengan demikian, saya meyakini bahwa melalui upaya ini, kita dapat mencapai visi bersama untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi semua siswa
Demikianlah Refleksi Dwi Mingguan ini saya buat, semoga bermanfaat!
Salam sehat & Bahagia selalu
Guru Penggerak
Tergerak!