Mohon tunggu...
Khoirotun Nisak
Khoirotun Nisak Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMA

saya adalah seorang guru fisika di tingkat SMA yang sedang mengikuti Program Guru Penggerak Angkatan 11 Tahun 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

24 Oktober 2024   16:55 Diperbarui: 24 Oktober 2024   17:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalaamualaikum, saya Khoirotun Nisak Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 dari SMAN 1 Sreseh Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur. Pendidikan guru penggerak sudah banyak mengubah mindset saya sebagai seorang guru, banyak hal yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan selama menjadi CGP angkatan 11. Saya di damping Bapak Masobihul Abror selaku Fasilitator dan Bapak Yoyon Sugiyono selaku pengajar praktik. Dalam pendidikan guru penggerak ini saya tergabung di kelas 292 A Kabupaten Sampang.

Sebelum saya menjelaskan rangkuman materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, marilah kita renungkan kutipan berikut ini:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang barharga/utama adalah yang terbaik”

(Bob Talbert)

Kutipan Bob Talbert, “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pendidikan tidak hanya pada aspek teknis seperti keterampilan menghitung, tetapi juga pada pemahaman nilai-nilai dan prinsip kebajikan universal yang lebih dalam. Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan  yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Pendidikan yang berkarakter akan menghasilkan produk dan sumber manusia yang mulia dan beradab.

Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala sekolah.

“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis”

(Georg Wilhelm Friedrich Hegel)

Dari kutipan diatas, Pendidikan merupakan proses menuntun penguatan karakter dan nilai-nilai kebajikan universal yang diterima di seluruh dunia. Pendidikan karakter sangat penting apalagi di zaman yang sudah modern seperti ini. Penguatan nilai karakter sangat dibutuhkan generasi sekarang untuk mencetak generasi pintar tidak hanya di bidang intelektual saja tetapi juga mempunyai akhlak dan adab yang tinggi.

Dalam dunia pendidikan, seorang pemimpin memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan yang berdampak langsung terhadap komunitas sekolah, khususnya dalam situasi dilema etika. Melalui berbagai modul pembelajaran yang saya ikuti, saya memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menerapkan prinsip etika dalam pengambilan keputusan, serta bagaimana nilai-nilai yang kita anut berpengaruh pada hasil keputusan tersebut.

1. Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Pengambilan Keputusan

Filosofi Ki Hajar Dewantara melalui Pratap Triloka mengajarkan tiga prinsip kepemimpinan yang relevan dalam pengambilan keputusan: Ing Ngarso Sung Tulodo (menjadi teladan di depan), Ing Madyo Mangun Karso (memberikan dorongan di tengah), dan Tut Wuri Handayani (mendukung dari belakang). Filosofi ini menekankan bahwa seorang pemimpin harus bijaksana dalam membuat keputusan dengan memperhatikan pengaruhnya terhadap orang-orang yang dipimpin.

Sebagai seorang pemimpin pendidikan, kita harus mampu menjadi contoh bagi para guru, murid, dan staf, sekaligus memotivasi dan mendukung mereka. Pengambilan keputusan yang tepat, baik dalam aspek akademis maupun etis, akan membantu menciptakan budaya positif di sekolah.

2. Nilai-Nilai Pribadi dan Pengaruhnya terhadap Keputusan

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, seperti kejujuran, keadilan, dan empati, memiliki pengaruh besar terhadap prinsip yang kita gunakan dalam mengambil keputusan. Sebagai seorang pendidik, saya menyadari bahwa keputusan yang kita buat tidak hanya berdasarkan logika, tetapi juga berdasarkan keyakinan moral yang kita pegang.

Misalnya, ketika menghadapi situasi di mana murid membutuhkan dukungan lebih karena masalah pribadi, empati mungkin akan mendorong kita untuk lebih fleksibel dalam kebijakan akademik, meskipun aturan formal mungkin mengharuskan pendekatan yang lebih ketat.

3. Peran Coaching dalam Pengambilan Keputusan

Materi pengambilan keputusan tidak bisa lepas dari kegiatan ‘coaching’. Coaching berperan dalam memberikan bimbingan saat kita menghadapi keputusan yang sulit. Ini adalah saat di mana fasilitator atau mentor membantu kita mengevaluasi keputusan yang telah diambil, serta meninjau apakah keputusan tersebut sudah efektif atau masih ada hal yang perlu dipertimbangkan ulang.

Melalui proses ini, saya belajar bahwa refleksi kritis terhadap keputusan yang telah kita buat, dengan bimbingan dari seorang coach, membantu memperbaiki proses pengambilan keputusan ke depannya. Ini juga memberi saya kesempatan untuk merenungkan apakah ada bias atau kesalahan asumsi yang sebelumnya terlewatkan.

4. Pengelolaan Sosial Emosional Guru dalam Menghadapi Dilema Etika

Pengelolaan sosial emosional sangat penting dalam pengambilan keputusan, terutama ketika kita menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengenali dan mengelola emosinya dengan baik lebih mungkin mengambil keputusan yang adil dan tepat, terutama ketika berhadapan dengan situasi yang melibatkan perasaan murid, orang tua, atau staf sekolah.

Kesadaran akan pentingnya empati dan kontrol diri membantu saya dalam memastikan bahwa keputusan yang saya buat adalah untuk kebaikan bersama, bukan didasarkan pada emosi sesaat.

5. Kembali pada Nilai-Nilai dalam Studi Kasus Etika

Dalam pembahasan studi kasus yang melibatkan masalah moral atau etika, penting untuk kembali kepada nilai-nilai yang kita anut. Setiap pendidik memiliki prinsip-prinsip moral yang berbeda, tetapi pada akhirnya keputusan yang baik adalah keputusan yang berakar pada nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan bersama.

6. Dampak Keputusan Terhadap Lingkungan Sekolah

Keputusan yang kita buat sebagai pemimpin tentu berdampak langsung terhadap lingkungan sekolah. Keputusan yang bijak menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, di mana semua individu merasa didengarkan dan dihargai.

Lingkungan yang baik ini mendukung perkembangan murid dalam suasana yang harmonis, sehingga meningkatkan semangat belajar dan kolaborasi.

7. Tantangan dalam Pengambilan Keputusan Etika dan Perubahan Paradigma

Dalam praktiknya, tantangan terbesar dalam pengambilan keputusan sering kali berasal dari perubahan paradigma di lingkungan kita. Dunia pendidikan terus berkembang, dan kebijakan serta ekspektasi masyarakat juga berubah. Menavigasi dilema ini memerlukan fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi tanpa mengorbankan prinsip etika yang kita pegang. Terdapat empat paradigm dilemma etika yang sering berkaitan dengan lingkungan sekolah : Individu lawan kelompok (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Menyadari dan mengatasi tantangan ini secara proaktif dapat membantu kita dan sekolah membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis dalam lingkungan yang terus berubah.

8. Pengaruh Pengambilan Keputusan terhadap Pengajaran yang Memerdekakan

Pengambilan keputusan yang tepat dapat memerdekakan murid, memungkinkan mereka untuk berkembang sesuai dengan potensi masing-masing. Setiap murid memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda, dan tugas kita sebagai pendidik adalah memastikan bahwa keputusan yang kita buat dapat membantu mereka tumbuh secara optimal. Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Memilih metode pengajaran yang tepat untuk berbagai potensi murid dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung pembelajaran. Dengan keputusan yang baik, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memberdayakan murid untuk mencapai potensi optimal mereka

9. Keputusan Pemimpin dan Dampaknya pada Masa Depan Murid

Sebagai pemimpin pendidikan, keputusan yang kita buat memiliki dampak jangka panjang terhadap masa depan murid. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan terhadap perkembangan pribadi dan akademis mereka.

10. Refleksi Akhir: Pembelajaran dan Dampak Pribadi

Melalui modul pembelajaran ini, saya mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang pengambilan keputusan dalam konteks dilema etika, serta pentingnya nilai-nilai moral dalam proses tersebut. Sebelum mempelajari modul ini, pengambilan keputusan sering kali saya lakukan secara intuitif. Namun, sekarang saya memiliki kerangka kerja yang lebih jelas tentang cara mendekati keputusan moral secara sistematis.

Pembelajaran ini mengubah cara saya memandang pengambilan keputusan, dari yang sebelumnya lebih reaktif menjadi lebih reflektif dan terencana. Saya percaya bahwa memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika dalam pengambilan keputusan adalah esensial, tidak hanya bagi saya sebagai seorang individu, tetapi juga sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap masa depan generasi berikutnya.

Keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kebutuhan murid dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, adil, dan berkualitas tinggi, yang pada gilirannya mempersiapkan murid untuk masa depan yang sukses. Dengan memprioritaskan perkembangan holistik, keterlibatan keluarga, dan perbaikan berkelanjutan, pemimpin pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang mendalam pada kehidupan dan masa depan murid-murid mereka.

Kesimpulan: Memimpin dengan Etika dan Kebijaksanaan

Pada akhirnya, pengambilan keputusan yang tepat dalam pendidikan memerlukan keseimbangan antara hati, logika, dan nilai-nilai moral. Sebagai pemimpin, kita harus selalu waspada terhadap dampak keputusan kita, baik bagi diri sendiri, murid, maupun seluruh komunitas sekolah. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip etika, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan optimal setiap individu.

Modul 3.1 ini menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak kepada murid. Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan mereka untuk masa depan dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun