Mohon tunggu...
Khoiron Katsir
Khoiron Katsir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menengok Corona di Desa di Tengah Gencarnya Razia di Kota

26 Januari 2021   13:15 Diperbarui: 26 Januari 2021   13:52 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat orang-orang di kota sibuk membuat barikade dan benteng pertahanan maksimal agar tidak tertular maupun menularkan covid-19. Mereka justru merasa bebas melakukan apapun.

Apakah mereka salah? Tidak juga. Bagi Anda yang  pernah hidup di desa tentu paham mengapa itu terjadi. Bukan perkara mudah membuat masyarakat di desa percaya begitu saja pada virus ini. Ada sekian lapis dinding yang mesti ditembus. Tidak cukup kita ngoceh didepan mereka menjelaskan tentang apa itu corona dan dampak penyebarannya.

Karena sudah terlanjur terbentuk persepsi keraguan masyarakat tentang corona. Maka, orang dengan sederet gelar dan alumni perguruan tinggi ternama pun tidak akan mampu menembus dinding itu, manakala ia bukan orang yang ditokohkan di tengah masyarakat tersebut.

Ya, nampaknya mungkin hanya tokoh masyarakat di desa itu lah yang mampu meyakinkan masyarakat, khususnya tokoh agama. Fatwa tokoh agama seperti Kyai dan Ustadz di desa amat dibutuhkan jika pemerintah benar-benar ingin prokes covid-19 diterapkan di desa. Tapi, adakah Kyai dan Ustadz di desa yang sepenuhnya percaya pada covid-19? Sependek pengetahuan saya sepertinya kebanyakan tidak.

***

Tulisan ini tidak hendak memprofokasi Anda agar tidak percaya corona. Apalagi, meminta Anda meniru perilaku masyarakat desa yang kebanyakan tidak menerapkan prokes Covid-19.

Mungkin tidak semua desa. Tapi saya cukup yakin kalau di desa-desa khususnya Madura kebanyakan demikian fenomena masyarakatnya menghadapi corona.

Yang hidup di desa tentu tidak perlu menganggap masyarakat kota berlebihan menyikapi corona.

Yang hidup di kota juga sebaliknya, tidak perlu menganggap masyarakat desa seenaknya sendiri menyikapi corona.

Harap dipahami kondisi psikologi masa suatu kelompok masyarakat dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Seperti lingkungan, penghargaan, dan sanksi. Baik sanksi moral, sosial, maupun hukum.

Seandainya lingkungan seperti desa saya di turunkan serta dimukimkan aparat gabungan untuk mendisiplinkan perilaku masyarakat, mungkin situasinya bakal sama saja seperti di kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun