Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarakatuh
Salam Guru Penggerak!
Saya Khoiriyaningsih dari SMP Negeri 1 Godean Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 10 Kabupaten Sleman akan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman baru yang dipelajari dari pada Modul 1.4 tentang Budaya Positif.
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.4 ini, saya akan membuat kesimpulan dan refleksi materi yang sudah saya pelajari.
Materi modul 1.4 yang sudah saya pelajari mengenai budaya positif ini mencakup disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi control restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi. Disiplin positif pada intinya upaya membentuk karakter murid, guru, dan visi sekolah agar tercipta pribadi yang mempunyai kontrol penuh pada diri. Hal ini mengingat bahwa pada posisi kontrol, sesungguhnya kita tidak bisa mengontrol perilaku orang lain, tetapi kita hanya bisa mengontrol perilaku diri kita sendiri.
Manusia dalam berperilaku sangat berkaitan dengan kebutuhan dasar apa yang sedang ingin ia penuhi dalam perilakunya. Ketika kita mengetaui kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi atas perilaku seseorang, maka solusi yang kita tawarkan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Dianne Gossen, ada tida motivasi yang mendasari perilaku manusia, yaitu:
- Menghindari ketidaknyamanan/hukuman;
- Mendapat imbalan/penghargaan dari orang lain; dan
- Menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Hukuman dan penghargaan merupakan cara mengontrol perilaku seseorang yang dapat menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Penerapan hukuman dan penghargaan agar seseorang patuh terhadap suatu keyakinan, tidak akan berjalan efektif untuk jangka panjang, sehingga apabila suatu keyakinan/kesepakatan tidak ada hukuman atau penghargaannya, maka seseorang tidak akan melaksanakan keyakinan/kesepakatan tersebut. Bahkan, dalam jangka waktu lama, penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.
Terdapat lima posisi kontrol yang ditampilkan guru dalam menyikapi perilaku kurang wajar yang dilakukan oleh murid, yaitu sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Posisi yang diharapkan dilakukan oleh guru penggerak adalah guru sebagai manajer karena dalam posisi ini aspek yang dikembangkan adalah motivasi intrinsic murid untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan yang akan tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan positif.
Restitusi merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan, sehingga bisa kembali kepada kelompok dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi ini akan memberikan proses kolaboratif yang dapat mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah dan membantu berpikir tentang orang seperti apa yang ia inginkan. Proses restitusi ini dapat dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.
Berdasarkan paparan tersebut, peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah yang akan saya kaitkan dengan materi sebelumnya, yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, dan Visi Guru Penggerak adalah saya awali melalui diskusi keyakinan dan kesepakatan kelas. Pada tahap ini, saya mengajak murid untuk mendiskusi nilai-nilai Kebajikan apa yang akan dipercaya atau diyakini oleh warga kelas.Â
Selanjutnya saya mengajak murid untuk menyusun kesepakatan kelas disertai dengan konsekuensi yang akan diterima bagi pelanggarnya. Tujuannya adalah agar murid memahami nilai-nilai Kebajikan yang diyakini oleh warga kelas dan kesepakatan kelas yang disepakai oleh murid bersama guru untuk diimplementasikan.Â
Keyakinan/kesepakatan kelas disusun bersama murid dan dilaksanakan oleh murid sebagai warga kelas, sehingga murid akan merasa nyaman dan senang dalam belajar. Hal ini juga merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana Filosofi Pendidikan KHD dan peran guru penggerak.
Terhadap murid, selama ini saya menerapkan posisi kontrol sebagai pemanatau dan sedang berupaya untuk menerapkan posisi sebagai manajer. Pada saat menjadi pemantau, saya bertanggung jawab atas perilaku murid-murid yang saya awasi disesuaikan dengan peraturan dan konsekuensi yang telah disepakati. Setelah mempelajari Modul 1.4 ini saya berupaya menerapkan posisi sebagai manajer untuk mengembangkan motivasi intrinsik murid guna menanamkan nilai-nilai Kebajikan agar tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan positif murid.
Dalam menyikapi perilaku murid yang tidak sesuai dengan keyakinan/kesepakatan kelas/sekolah, saya sudah mencoba menerapkan segitiga restitiusi untuk membantu murid memperbaiki kesalahannya agar mampu belajar dari kesalahan. Hasilnya, murid merasa nyaman dengan apa yang sudah saya lakukan. Jika diperlukan, saya juga menjalin kolaborasi dengan guru BK maupun orang tua dalam menemukan solusi. Hal ini mencerminkan salah satu nilai guru penggerak, yaitu kolaboratif.
Nilai-nilai dan peran guru penggerak yang saya lakukan untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid juga guna menanamkan nliai-nilai kebajikan agar tumbuh dan berkembang menjadi kebaisaan positif untuk mendukung terwujudnya visi SMP Negeri 1 Godean.
Selanjutnya, saya akan melakukan refleksi pemahaman saya atas keseluruhan materi Budaya Positif sebagai berikut:
- Pemahaman saya tentang konsep-konsep inti yang telah saya pelajari pada Modul 1.4, saya telah memahami bahwa penerapan hukuman dan penghargaan tidak akan memberikan dampak efektif dalam penerapan budaya positif di sekolah karena hukuman dan penghargaan hanya efektif untuk saat itu saja.Â
- Dalam berperilaku, murid mempunyai beberapa motivasi, diantaranya karena menghindari hukuman, ingin mendapatkan pujian atua penghargaan, dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang dipercaya. Dalam menyikapi perilaku murid, posisi kontrol yang diharapkan oleh seorang guru penggerak adalah mampu memposisikan sebagai manajer agar mampu mengembangkan motivasi intrinsic murid dengan menanamkan nilai-nilai Kebajikan agar tumbuh dan berkembang menajdi kebiasaan positif. Dalam menemukan solusi atas perilaku murid, guru dapat menerapkan restitusi untuk menuntun murid dalam memperbaiki kesalahannya.
- Hal-hal yang menarik untuk saya dan diluar dugaan adalah bahwa adanya penghargaan dan hukuman tidak memberikan dampak efektif dalam penerapan budaya positif di sekolah. Bahkan, penghargaan dalam jangka waktu yang panjang justru bisa menjadi hukuman.
- Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah setelah mempelajari modul ini adalah mengurangi pemberian hukuman dan penghargaan terhadap murid agar dapat tertanam nilai-nilai Kebajikan agar tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan positif. Selain itu, saya juga mendapatkan inspirasi untuk menerapkan restitusi dalam membantu anak menemukan solusi untuk belajar dari kesalahan yang telah dilakukan.
- Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah penumbuhan nilai-nilai Kebajikan yang telah dituangkan ke dalam kesepakatan kelas dapat berjalan efektif apabila warga kelas/sekolah secara sadat memahami dan menerapkan kesepakatan kelas/sekolah yang telah disepakati bersama.
- Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut adalah saya merasa senang karena mampu menerapkan budaya positif di sekolah dengan meminimalisir adanya hukuman dan penghargaan untuk menumbuhkan motivasi intrinsic murid dalam bersikap dan berperilaku.
- Terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal yang sudah baik adalah bahwa saya sudah membuat kesepakatan kelas bersama murid berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang dipercaya untuk memberikan kontrol terhadap perilaku murid. Selain itu, saya sudah mencoba menerapkan posisi kontrol sebagai manajer dan memberikan hasil yang baik dalam menanamkan nilai-nilai Kebajikan agar tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan positif. Saya juga sudah menerapkan restitusi dalam menyikapi perilaku murid yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kebajikan yang diyakini untuk menuntun murid menemukan solusi dan belajar dari kesalahannya.
- Hal yang perlu diperbaiki adalah meningkatkan penerapan posisi kontrol sebagai manajer kepada setiap perilaku murid.
- Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi yang paling sering saya pakai adalah sebagai pemantau yang selalu saya kaitkan dengan peraturan yang berlaku. Setelah mempelajari modul ini, posisi yang saya pakai adalah sebagai manajer dan saya merasa senang karena murid merasa nyaman dengan Tindakan yang saya lakukan. Perbedaannya adalah murid mampu menemukan solusi sendiri dan dapat belajar dari kesalahannya, murid juga tidak ditekan sebagai pembuat kesalahan.
- Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan segitigas restitusi ketika menghadari permasalahan murid. Tahap yang saya praktikkan adalah langsung ke menanyakan keyakinan yang telah dipercayai, saya belum mengawali tahap menstabilkan identitas dan validasi Tindakan yang salah.
- Menurut saya, konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini sudah sangat baik dalam proses menciptakan budaya positif yang baik di lingkungan kelas maupun sekolah.
Demikian simpulan dan refleksi saya setelah mempelajari Modul 1. Sampai jumpa kembali pada modul selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H