Mohon tunggu...
khoiriyah alfissahroh
khoiriyah alfissahroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mari berbagi ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memahami Dinamika Perilaku Pemilih (Voting Behaviour) dalam Pemilu

23 Maret 2024   20:45 Diperbarui: 24 Maret 2024   11:47 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
iStock by Getty Image

Voting behaviour atau perilaku pemilih merupakan fenomena yang kompleks dan menarik untuk dipelajari dalam konteks pemilihan umum (pemilu). Proses voting behaviour dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari identitas politik, ideologi, sosial, ekonomi, hingga faktor-faktor psikologis (Suryadinata, 2017). Dalam pemilihan umum, proses voting behaviour menjadi sangat penting karena akan menentukan hasil akhir dari suatu pemilihan.

Studi tentang proses voting behaviour dalam pemilihan umum memerlukan pendekatan multidimensional yang melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti ilmu politik, sosiologi, psikologi, dan ekonomi (Kusnadi, 2018). Identifikasi partai pemilih, pola dukungan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan politik menjadi bagian penting dalam memahami proses voting behaviour. Di Indonesia, proses voting behaviour dalam pemilu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor unik seperti dinamika politik lokal, budaya politik, dan sejarah politik negara. Pengaruh faktor sosial, ekonomi, dan ideologi juga turut berperan dalam membentuk pola dukungan pemilih dalam pemilu (Suryadinata, 2017). Artikel ini akan menjelaskan empat model utama: Model Identifikasi Partai, Model Sosiologis, Model Ideologi Dominan, dan Model Pilihan Rasional Ekonomis.

1. Model Identifikasi Partai (The Party Identifications Model)

Model identifikasi partai menekankan bahwa pemilih cenderung memilih berdasarkan identifikasi partai politik yang mereka miliki. Rasa kedekatan dengan salah satu partai atau kandidat merupakan salah satu faktornya (Septiani, 2024). Identifikasi partai adalah keyakinan individu terhadap nilai-nilai, tujuan, dan kebijakan partai tertentu (Lipset, 1967). Pemilih yang mengidentifikasi diri mereka dengan suatu partai cenderung konsisten dalam mendukung partai tersebut dari waktu ke waktu. Dalam model ini, menyoroti pentingnya membangun dan memelihara identitas partai di mata pemilih. 

Salah satu contoh kelompok pemilih pendukung berdasarkan model ini adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). PDI-P telah berhasil membangun citra sebagai partai yang mewakili kepentingan rakyat Indonesia, terutama golongan pekerja, petani, dan kaum miskin. Mereka menekankan pada nilai-nilai nasionalisme, demokrasi, dan keadilan sosial sebagai inti dari identitas partai. Pesan-pesan kampanye PDI-P seringkali berfokus pada pencapaian partai dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, serta menyoroti komitmen partai terhadap pembangunan dan kesejahteraan nasional. Komunikasi pemasaran politik PDIP cenderung memfokuskan pada cerita-cerita yang menyoroti sejarah perjuangan partai, kepemimpinan tokoh-tokoh PDIP yang dihormati, dan prestasi partai dalam memperjuangkan kepentingan rakyat (Jessica, 2023). Melalui kampanye politik yang menekankan kesetiaan pada partai dan nilai-nilai yang dipegang teguh, PDIP berhasil mempertahankan basis pemilihnya yang setia.

2. Model Sosiologis (The Sociology Model)

Model sosiologis menekankan pada pengaruh faktor-faktor sosial, seperti pendidikan, pendapatan, dan latar belakang etnis, dalam membentuk preferensi politik seseorang (Septiani, 2024). Melalui model ini menunjukkan bahwa perilaku pemilih tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan rasional atau ideologi politik, tetapi juga oleh konteks sosial dan ekonomi (Suryadinata, 2017). Dengan memperhatikan faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi preferensi politik pemilih, partai politik dan kandidat dapat merancang strategi komunikasi yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan pemilih, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesempatan mereka untuk memperoleh dukungan dalam pemilihan umum.

Salah satu contoh kelompok pemilih pendukung berdasarkan model ini adalah Partai Buruh. Partai ini menekankan pada perspektif sosiologis yang menyoroti struktur sosial, ketimpangan ekonomi, dan perjuangan kelas sebagai landasan dalam perumusan kebijakan politik dan strategi komunikasi (Setyawan, 2023). Partai Buruh menempatkan perjuangan kelas sebagai fokus utama. Mereka menyoroti pentingnya solidaritas antara buruh, petani, dan kelas pekerja lainnya dalam memperjuangkan hak-hak ekonomi dan sosial mereka, serta memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat. Mereka menawarkan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi kerja, upah, dan hak-hak pekerja, serta menekankan pentingnya perlindungan hukum, khususnya bagi kaum buruh (Setyawan, 2023).

3. Model Ideologi Dominan (The Dominant Ideology Model)

Model ini menekankan bahwa ideologi yang dominan dalam masyarakat akan mempengaruhi pilihan politik individu (Septiani, 2024). Model ideologi dominan mengasumsikan adanya satu set ideologi atau pandangan politik yang mendominasi di dalam masyarakat. Ideologi ini dapat berasal dari partai politik, kelompok kepentingan, atau elite politik yang memiliki kontrol atas narasi politik yang dominan (Suryadinata, 2017). Dengan memahami dan mengadopsi ideologi dominan yang ada, partai politik dan kandidat dapat lebih efektif dalam merancang strategi komunikasi politik yang memikat bagi pemilih, serta memperoleh dukungan yang lebih luas dalam pemilihan umum.

Salah satu contoh kelompok pemilih pendukung berdasarkan model ini adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB telah menggunakan pendekatan ini dengan menekankan pada nilai-nilai Islam dan peran Islam dalam kehidupan politik dan sosial. PKB menyoroti peran agama Islam dalam pembentukan kebijakan politik (Tifani, 2023). Mereka menekankan pentingnya menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam proses pengambilan keputusan politik untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera, dan berkeadilan. 

4. Model Pilihan Rasional Ekonomis (The Rational Choice Model)

Model ini menekankan bahwa pemilih membuat keputusan politik berdasarkan pertimbangan rasional terhadap manfaat dan biaya dari pilihan politik yang mereka ambil. Pendekatan ini menekankan pada asumsi bahwa pemilih bertindak secara rasional untuk memaksimalkan keuntungan dalam konteks politik (Septiani, 2024). Partai politik atau kandidat akan menekankan pada manfaat-manfaat konkret yang akan diperoleh oleh pemilih jika mereka memilih untuk mendukung atau memilihnya. Ini bisa berupa janji-janji tentang kebijakan ekonomi yang akan meningkatkan kesejahteraan, atau pelayanan publik yang lebih baik.

Salah satu contoh kelompok pemilih pendukung berdasarkan model ini adalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Gerindra menempatkan pembangunan ekonomi sebagai salah satu prioritas utama dalam program kerja (Gerindra, 2022). Mereka menekankan pada pentingnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Gerindra juga sering menyoroti komitmen mereka untuk menghapuskan hambatan-hambatan ekonomi yang dianggap menghambat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Mereka menekankan pada perlunya reformasi struktural dalam sektor-sektor seperti birokrasi, perpajakan, dan ketenagakerjaan untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia (Gerindra, 2022).

Melalui studi mendalam tentang proses voting behaviour, kita dapat lebih memahami dinamika politik dan perilaku pemilih di Indonesia. Dalam dinamika politik modern, pemilihan umum seringkali melibatkan berbagai kelompok pemilih dengan preferensi dan motivasi yang berbeda. Untuk memahami komposisi dan perilaku pemilih, berbagai model analisis telah dikembangkan. 

Sumber: 

- Gerindra. (2022). Visi - Misi Partai Gerindra. Diakses pada: 23 Maret 2024 https://gerindra.id/visi-misi/ 

- Jessica, R. (2023). Profil PDI Perjuangan: Sejarah, Visi Misi, dan Perolehan Suara. Diakses pada: 23 Maret 2024 https://www.idntimes.com/news/indonesia/rivera-jesica/profil-parpol-pdi-p-sejarah-visi-misi-dan-perolehan-suara.

- Kusnadi, A. (2018). Determinan Pemilih Muda dalam Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Bandung. Jurnal Sosiologi: Teori, Metode, dan Penelitian, 1(2), 98-110.

- Lipset, S. M., & Rokkan, S. (1967). Cleavage Structures, Party Systems, and Voter Alignments: An Introduction.
- Septiani, D. (2024). Materi Power Point Proses Pemasaran untuk POP, SOP dan MOP.
- Setyawan, D. (2023). Ideologi Partai Buruh, Sejarah & Nomor Urut Pemilu 2024. Diakses pada: 23 Maret 2024 https://tirto.id/ideologi-partai-buruh-sejarah-nomor-urut-pemilu-2024-gB4w 

- Suryadinata, L. (2017). Political Parties in Indonesia: A Study of the Political Parties in Indonesia in the Context of Democracy and Political Parties in Southeast Asia. ISEAS-Yusof Ishak Institute.

- Tifani. (2023). Sejarah dan Profil PKB, dari Pendiri hingga Struktur Pengurus. Diakses pada: 23 Maret 2024 https://katadata.co.id/lifestyle/varia/6405df188fe62/sejarah-dan-profil-pkb-dari-pendiri-hingga-struktur-pengurus 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun