Mohon tunggu...
khoirin nida 21104080005
khoirin nida 21104080005 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Banjir di Demak, Akankah Selat Muria Kembali?

5 Mei 2024   22:57 Diperbarui: 5 Mei 2024   22:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selat Muria akankah kembali?

Munculnya berita pada akhir-akhir ini banjir yang menenggelamkan rumah, jalanan, di daerah Pantura khususnya untuk kabupaten Demak, Kudus, Semarang. Hujan yang mengguyur daerah Kudus, Jepara, Pati 5 hari berturut-turut mengakibatkan tanggul Sungai wulan yang mengakibatkan banjir di 13 kecematan Demak, 5 Kecematan di kabupaten Kudus, dan 7 Kecematan di Kabupaten Jepara. 

Banjir sedalam 2-3 meter di Demak mengakibatkan terhalangnya aktifitas warga, selain itu puluhan ribu rumah warga tenggelam akibat banjir hingga beberapa barang mengalami kerusakan dan kerusakan material pada rumah warga. Akses jalan pantura dari semarang Genuk hingga Jalan pantura Kudus Tanggul angin tidak bisa dilalui oleh kendaraan. Akses jalan ditutup dan dipindah ke jalan alternatif. Tenggelamnya rumah dari beberapa kabupaten mendapaatkan perhatian Masyarakat tentang berita bahwa akankah selat muria kembali meminta haknya. 

Pada 300 tahun yang lalu adanya selat muria dari 4 kabupaten yakni Demak, Kudus, Jepara, Pati yang berupa lautan hingga gunung muria hal itu terbukti dengan adanya temuan di situs Purbakala di Patiayam Kudus yang menyimpan fosil hewan-hewan laut dan bangkai kapal yang ditemukan di sekitar daerah kabupaten Kudus. Selat Muria yang menghilang karena disebabkan oleh endapan Sungai dari gunung muria yang mengangkut material Sungai sehingga membentuk daratan.

Daerah di Sayung Demak sudah mengalami tergerus oleh air laut seperti makam Syekh Mudzakkir Dimana makam sebelumnya adalah di daratan, namun karena terjadi pasang surut air laut makam Syekh Mudzakkir sekarang berada di lautan sehingga para pengunjung ziaroh harus menempuh 700 meter diatas laut untuk ziaroh ke makamnya. 

Tergerusnya dataran di wailayah demak secara perlahan dan banjir yang sedang menimpa daerah demak dikaitkan dengan Selat muria yang akan kembali meminta wilayahnya. Pihak badan Ahli Geologi mengungkapkan bahwa Selat Muria tidak akan kembali secepat itu. Air laut yang naik terjadi di Demak Sayung karna akibat proses sendimentasi yang mengalami penurunan permukaan tanah.

Eko menjelaskan penurunan sendimentasi tanah di Demak dan Semarang wilayah timur mengalami penurunan sebanyak 10 cm pertahun sesuai daerahnya. Factor tersebut tergantung oleh tipikal tanah dan aktivitas yang dilakukan Masyarakat pada daerah tersebut. Tentunya akibat dari sendimentasi tersebut Ketika air laut mengalami pasang di sore hari beberapa daerah seperti kecematan Genuk mengalami banjir dari air laut.selain itu factor Antropogenik infastruktur yang diatas tanah juga dapat mempengaruhi 1 cm pertahun.

Lalu, eksploitasi air dalam tanah juga dapat menurunkan permukaan tanah hingga 7 cm- 8 cm pertahunnya. Air laut yang naik juga dipengaruhi oleh perubahan iklim yang mengikabtkan kemungkinan selat Muria akan kembali namun dalam jangka lama.

Pakar Geologi Badan Riset dan Inovasi Naional (BRIN) membantah Banjir yang terjadi di Demak karena jebolnya tanggul Sungai wulan tidak mengakibatkan selat Muria akan kembali. Banjir yang terjadi karena hujan yang terjadi dan kiriman air dari 3 kabupaten debit air yang besar mengakibatkan tanggul jebol dan wilayah Demak tergenang banjir hingga 2-3 meter. 

Banjir yang menimpa tidak mengakibatkan munculnya selat muria namun membawa material dari Muria sehingga dapat mempengaruhi pendangkalan pada wilayah tersebut. Selat Muria kemungkinan akan kembali dengan factor penurunan permukaan tanah yang terjadi setiap tahunnya  itu pun membutuhkan waktu jangka yang sangat lama hingga kembali menjadi selat Muria Kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun