Mohon tunggu...
Siti Khoiriah Yasin
Siti Khoiriah Yasin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Di atas Langit, masih ada Langit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata ini Adaptasi ala Bunglon agar bisa Bertahan Hidup

6 Mei 2020   07:10 Diperbarui: 14 Mei 2020   16:17 8343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertahan hidup artinya selalu siap untuk berubah, karena perubahan adalah jalan menuju kedewasaan. Dan kedewasaan adalah sikap untuk selalu mengembangkan kualitas pribadi tanpa henti. (Henri Bergson;Filsuf Prancis)

Sebuah kalimat motivasi yang mengisyaratkan agar selalu bergerak secara dinamis, bertindak fleksibel, mau berkembang dan berubah untuk hidup yang lebih baik.

Kita bisa ambil sebagai model percontohan dari hewan yang memang piawai dalam menyesuaikan kondisi lingkungan yaitu Bunglon. Hewan berjenis unik ini termasuk salah satu spesies reptil yang memiliki misteri tersembunyi yang menarik untuk bisa kita pelajari, terutama tentang proses kemampuannya merubah warna kulit yang memberi keberuntungan dalam hidupnya.

"Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran [di bumi] terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, untuk kaum yang meyakini.”(QS: Al Jatsiyah ayat 4)

Kemampuan Merespon 

Tak jarang bunglon diartikan sebagai makhluk hidup yang kamuflase (menyamarkan diri). Padahal secara fisiologis, bunglon adalah hewan yang mikmikri (meniru secara fisik). Lalu apa perbedaan antara kamuflase dengan mimikri ?

Kamuflase adalah aktifitas hewan yang melakukan upaya persembunyian dengan cara mencari tempat yang memiliki warna yang sama dengan warna tubuhnya sendiri agar tak terlihat, sehingga hewan lain tidak mengenali mangsanya karena tersamarkan dengan warna yang ada di lingkungan.

Sedangkan mimikri merupakan peniruan secara fisik yang dilakukan oleh bunglon dengan merubah corak warna maupun tekstur kulit melalui pantulan cahaya atau suhu, mengikuti kondisi lingkungan sekitarnya.

Sehingga dengan kata lain, upaya bunglon dalam menyesuaikan lingkungannya bukan dengan cara memanipulasi yang hanya memanfaatkan bantuan dari luar melainkan strategi alamiah yang berasal dari kemampuan dirinya sendiri.

Dalam menyikapi suatu peristiwa atau kejadian dalam kehidupan, kita dituntut mempunyai kemampuan dalam merespon keadaan, mau pakai yang lower way atau higher way ?

Ciri merespon dengan cara lower way, sikapnya berpola tipe copycat (lihat dan tiru) saja. Sangat bergantung situasi dan kondisi sekitar, mudah terpengaruh mengikuti sesuatu yang sedang ramai dibicarakan atau dilakukan orang banyak. Rasa amannya berasal dari seberapa besar dominasi lingkungan melindungi dirinya.

Dampak negatifnya, cenderung berprilaku dengan melakukan upaya tipuan atau kebohongan dalam mencapai tujuannya. Contoh menggunakan "pelindung" dibalik sosok orang lain, dibandingkan berdiri sendiri dalam menghadapi masalah.

Sedangkan ciri respon dengan cara higher way, sikap menduplikasi dengan melalui beberapa tahapan seperti mengidentifikasi beberapa poin penyebab masalah, melakukan upaya mencocokkan atau menggabungkan poin-poin tersebut dengan mencari hubungan yang sesuai dengan keadaan, mengecek kevalidan suatu informasi yang didengar, berani mengeksekusi strategi dan mau mengevaluasi (introspeksi).

Lingkungan hanya dijadikan sebagai media pendukung saja tetapi prilaku maupun tindakannya ke arah mencari solusi untuk menyelesaikan masalah, karena pusat kendali berasal dari dirinya.

Kemampuan Berkomunikasi

Kemampuan bunglon dalam merubah warna merupakan upaya mengkomunikasikan yang sedang dirasakannya. Seperti ada ketidaknyamanan, rasa takut, marah, dan lain-lain. Hal tersebut menjadi cara menjaga keselamatan dan keberlangsungan hidupnya.

Salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi, Harold D. Lasswell menyebutkan 3 (tiga) fungsi dasar yang menjadi penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi yaitu, hasrat untuk mengontrol lingkungan, upaya untuk beradaptasi dengan lingkungan, dan upaya untuk melakukan transformasi warisan bersosialisasi.

Menurut ahli komunikasi lainnya, Ruben dan Steward, Komunikasi manusia adalah proses melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lainnya.

Keberhasilan komunikasi apabila maksud dan tujuan si pembicara mampu diterjemahkan dan dipahami secara baik oleh pendengar, ditandai dengan reaksi sikap yang positif.

Kemampuan Mengambil Keputusan

Bunglon memiliki mata yang dapat memutar hingga 360 derajat, sehingga bunglon bisa melihat ke seluruh tubuhnya. Selain itu matanya juga dapat bergerak ke dua arah yang berlawanan, sehingga dapat mengamati dua objek yang berbeda secara bersamaan.

Kehidupan manusia bergerak ketika memiliki keseimbangan. Perbedaan bukan untuk diperdebatkan berulang-ulang tanpa solusi, tetapi mencari titik dari berbagai sudut pandang agar saling terikat dan menguatkan.

pemimpin adalah yang mampu mengkondisikan dirinya tetap tenang dan memberikan ketenangan kepada orang lain.

Wabah covid 19, bencana, musibah atau hal apapun yang mengalihkan kondisi kenyamanan kita, maka sebagai manusia hendaknya kita tidak berusaha untuk melawan fenomena alam. Lebih baik memutuskan untuk menerima dengan "mengkondisikan batin" agar tetap tenang dan menikmati. Sebab hal tersebut akan memberi kekuatan untuk bisa beradaptasi dan bertahan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun