Di era digital yang serba cepat ini, kita dikelilingi oleh berbagai jenis konten, terutama video pendek. Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts telah merubah cara kita mengonsumsi informasi. Ini menjadi salah satu format video yang populer dalam waktu singkat, orang-orang yang menggunakan sosial hampir tidak dapat melewatkan platform video jenis ini.
Video-video singkat ini begitu menarik dan mudah diakses, sehingga kita seringkali terjebak dalam maraton menonton tanpa henti. Namun, di balik kesenangan yang ditawarkan, ada ancaman yang mengintai: penurunan rentang perhatian kita.
Menurut Schiller (2023), terjadi penurunan rentang perhatian kita dari 12 menjadi 8,25 detik dalam beberapa tahun terakhir.
Bagaimana Video Pendek Memengaruhi Rentang Perhatian?
Dopamin adalah neurotransmitter yang berhubungan dengan motivasi dan penghargaan. Saat kita mengantisipasi aktivitas yang memuaskan, kadar dopamine kita meningkat, menghasilkan kegembiraan dan kebahagiaan. Ini adalah proses yang normal dan sehat. Namun, masalah muncul saat dopamine turun di bawah level dasar setelah menerima hadiah, yang menciptakan Keadaan Defisit Dopamin Kronis. Dalam keadaan ini, kita tidak dapat merasakan kesenangan dan kebahagiaan secara intens, yang menyebabkan kita mencari lebih banyak rangsangan untuk mendapatkan efek yang sama. Konsep ini berlaku untuk rokok, narkoba, dan bahkan video pendek.
Menurut penelitian dengan judul “The impact of shorts and reels on attention span & strategies to enhance focus” berpendapat bahwa konten berformat pendek, seperti Tiktok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts dapat menyebabkan penurunan rentang perhatian dengan mengondisikan otak kita untuk mencari kepuasan dan hal baru secara langsung.
Dampak Negatif terhadap Kehidupan Sehari-hari
1. Suasana Hati menjadi Negatif
Menurut Thorisdottir (2019), waktu yang dihabiskan di media sosial berhubungan dengan kesejahteraan psikologis yang buruk, gejala depresi, dan kecemasan. Penggunaan media sosial dapat menjadi coping mechanism untuk memfasilitasi ekspresi diri dan komunikasi dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa dan untuk mengakses konten motivasi. Namun, penggunaan media sosial sebagai coping mechanism yang berlebihan dapat menjadi bumerang dan menimbulkan dampak buruk atau efek pada kesejahteraan atau suasana hati individu
2. Produktivitas Menurun
Kebiasaan menggulir layar ponsel untuk mencari video menarik membuat kita sulit untuk memulai tugas yang membutuhkan konsentrasi. Otak kita lebih terbiasa dengan rangsangan yang cepat dan mudah daripada tugas yang menuntut pemikiran mendalam. Setelah memulai tugas, kita seringkali merasa sulit untuk mempertahankan fokus. Notifikasi video baru atau ingatan akan video menarik yang belum selesai ditonton dapat mengalihkan perhatian kita.
Akibat gangguan yang terus-menerus, kita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas. Hal ini tidak hanya mengurangi produktivitas, tetapi juga dapat meningkatkan stres. Ketika kita bekerja atau belajar dalam keadaan terganggu, kualitas hasil kerja kita cenderung menurun. Kita mungkin membuat lebih banyak kesalahan atau menghasilkan ide yang kurang kreatif.
3. Menganggu Kualitas Tidur
Dalam studi berjudul “Social Media Use and Sleep Quality among Adults: The Role of Gender, Age and Social Media Checking Habit” berpendapat bahwa mereka yang memiliki kebiasaan memeriksa malam hari yang kuat, mungkin risiko lebih tinggi mengalami kurang tidur atau kualitas tidur rendah. Konten video pendek yang menarik dan cepat berganti dapat merangsang otak kita dan membuatnya sulit untuk tenang.
Akibatnya, kita akan kesulitan untuk tertidur atau sering terbangun di tengah malam. Layar perangkat elektronik memancarkan cahaya biru yang dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Ketika paparan cahaya biru terjadi menjelang tidur, otak kita akan menganggap masih siang hari dan sulit untuk rileks.
4. Menganggu Hubungan Sosial
Di era digital, video pendek telah menjadi teman setia bagi banyak orang. Namun, di balik kesenangan yang ditawarkan, kebiasaan menonton video pendek secara berlebihan dapat berdampak negatif pada hubungan sosial kita. Waktu yang seharusnya digunakan untuk berinteraksi secara langsung dengan keluarga, teman, atau rekan kerja, justru terpakai untuk menonton video pendek. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya komunikasi yang mendalam dan hubungan yang semakin renggang.
Video pendek memang menawarkan hiburan yang mudah dan menyenangkan. Namun, kita perlu bijak dalam mengonsumsinya agar tidak berdampak negatif pada rentang perhatian kita. Dengan menyeimbangkan konsumsi video pendek dengan aktivitas yang lebih mendalam, kita dapat menjaga kesehatan otak dan meningkatkan produktivitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H