Mohon tunggu...
Khofifah muwahidah
Khofifah muwahidah Mohon Tunggu... Lainnya - Can do it

Bismillah allahumma

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubbuh Wathon Minal Iman di Tengah Derasnya Globalisasi

11 Mei 2022   20:20 Diperbarui: 11 Mei 2022   20:28 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bahwa ada orang-orang yang bersuku lain, dan pemeluk agama, tetapi dipersatukan oleh namanya: warga bangsa Indonesia".

          Pesan tersirat di balik pernyataan itu adalah ada keragaman (kemajemukan) dalam banyak hal, termasuk di dalam budaya dan tradisi yang dijalankan.

          Keragaman dalam hal agama yang mereka peluk misalnya, bukan hanya sah, tetapi juga dalam kesejarahan lahirnya kemerdekaan bangsa Indonesia ini, adalah hasil perjuangan para pahlawan dan ulama pada masa itu.

Derasnya arus globalisasi

          Salah satu tantangan dalam menjaga eksistensi Pancasila, termasuk menjaga dan meneguhkan prinsip hubbul wathan minal iman, di masa sekarang ialah pengaruh arus globalisasi. Pengaruh global ini apabila tidak disikapi dengan bijak oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia, akan berimplikasi terhadap lunturnya rasa kebanggaan bahkan rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia sendiri. Akibatnya, prinsip hubbul wathan minal iman dalam setiap individu masyarakat akan semakin berkurang.

          Nurhaidah (2015), dalam jurnalnya yang berjudul: "Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia", menjelaskan bahwa sebagian masyarakat Indonesia kini lebih bangga terhadap kebudayaan yang dimiliki bangsa lain, atau bahkan lebih menyukai dan memilih produk impor daripada produk lokal dalam negeri, sehingga lebih percaya terhadap bangsa lain ketimbang bangsanya sendiri.

          Saat ini, menanamkan hubbul wathan minal iman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi suatu keharusan setiap masyarakat Indonesia, mengingat derasnya arus globalisasi yang dapat berdampak terhadap hilangnya budaya dan tradisi masyarakat pribumi Indonesia.

Implementasi hubbul wathan minal iman

          Bangsa Indonesia dapat menjadi suatu bangsa yang kuat apabila Pancasila selalu dijadikan sebagai suatu landasan ideologis. Namun, tidak cukup berhenti di situ, masyarakat Indonesia harus berupaya untuk meningkatkan hubbul wathan minal iman dalam berpikir, bersikap, dan bertindak di setiap kehidupan bermasyarakat. Hal ini menjadi penting mengingat bangsa Indonesia agar tidak kehilangan identitas dan karakternya, serta tidak terkontaminasi budaya dan tradisi bangsa lain.

          Saat ini, wujud dari hubbul wathan minal iman dapat diimplementasikan masyarakat dengan tidak lagi berjuang di medan pertempuran.

          Namun, cukup diwujudkan dengan mencintai serta mempertahankan budaya dan tradisi yang dimiliki bangsa sendiri dibandingkan budaya dan tradisi bangsa lain, atau dengan membeli serta menggunakan produk lokal dalam negeri, serta lebih percaya terhadap bangsa sendiri daripada bangsa lain.

          Sedangkan dalam upaya mewujudkan implementasi sila pertama Pancasila dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan serta meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama dengan kemajemukan bangsa Indonesia. Baik dalam toleransi beragama, berpendapat, berbudaya, hingga berpolitik.

          Dengan menumbuhkan serta meningkatkan rasa toleransi ini, tentunya diharapkan bisa mengurangi perselisihan atau bahkan konflik dalam masyarakat Indonesia. Rasa toleransi ini juga dapat menjadi indikator dari implementasi hubbul wathan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Hubungan Cinta Tanah air Dengan Keimanan

          Hal tersebut sesuai dengan apa yang terkandung dalam sebuah hadits berikut ini : "Dari sahabat Anas, bahwa Nabi ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau di Madinah."  (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi)

         Salah satu pelajaran yang terdapat dalam hadits di atas adalah Islam mengajarkan bahwa cinta kepada  tanah air adalah sebagian dari iman. Tanah air kita adalah Indonesia. Mencintai Indonesia adalah bagian dari iman. Oleh karena itu,  siapa saja yang mengkhianati Tanah Air Indonesia berarti telah kehilangan imannya, minimal  sebagian besar imannya telah musnah, Naudzubillah min dzalik.

           Atas dasar pertimbangan  tersebut maka,  Syekh Muhammad Ali dalam kitab 'Dalilul Falihin' hal. 37 mengatakan : "Hubbul Wathon Minal Iman" (cinta tanah air sebagian dari iman)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun