Mohon tunggu...
Khofifah Indar
Khofifah Indar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Wisata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cahaya Abadi Di Taman Hati

21 Desember 2024   21:48 Diperbarui: 21 Desember 2024   21:48 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lambaian hangat membekas dilubuk hati
Sekujur tubuh terasa mati
Tatapan kosong mulai menguasai jiwa
Merintih tiada siapa perduli

pergi tanpa pamit
Kini langkah putri kecilmu sudah semakin jauh
Kurasa dekapan hangat tak lagi menetap bersama

Hampa duniaku
Pilu nasib mengenangmu seorang diri
Sembab mata sembari merayu Tuhan
Berikan perlindungan pada sang terkasih

Hati ini kering seperti daun berguguran
Mimpi indah tinggalkan derita pergi meninggalkan luka Tanpa penawar


Dalam kegelapan malam
bintang-bintang menangis
Mengiringi kesedihan
Angin pelan membisikkan namamu
Mengingatkan kenangan

Kehilanganmu seperti kehilangan separuh nyawa
Membuatku terjatuh ke dalam jurang kesedihan

Tetesan air mata seperti hujan
Kekecewaan banjiri jiwa
Rindu tak terbendung seperti laut dalam
Tidak terbatas

Oh Ibu terkasih
Kau adalah melodi yang indah
Mengisi hatiku dengan kehangatan
Kini hanya kesunyian kurasa
Jiwamu tenang disana
Namamu abadi dihati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun