Mohon tunggu...
Khofifah AyuVirnanda
Khofifah AyuVirnanda Mohon Tunggu... Bankir - Manusia yang dalam masa perbaikan

Apapun yang hadir dikehidupan kita, mari coba menghargainya. Sekecil apapun itu :))

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dosen Kewarganegaraan dan Pancasila yang Anti Killer-killer Klub

4 Mei 2020   19:44 Diperbarui: 4 Mei 2020   19:40 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu momen foto bersama Pak Edi--dokpri

Menjadi mahasiswa dimana harus menuntut ilmu setelah jenjang SMA adalah sebuah pilihan tepat menurut beberapa orang. Banyak yang berkata "enak ya, jadi anak kuliahan, tugasnya gak kayak pas SMA" "enak ya jadi mahasiswa, nyantai kayak dipantai, kuliahnya pun cuma bentar". Saya ndengernya sambil geleng-geleng  kepala, astaghfirullah. 

Mereka hanya pandai membicarakan orang tanpa melihat kenyataannya. Kata siapa jadi mahasiswa gampang?Its a bad idea. Dari cara masuk ke sebuah Universitas saja sudah dibilang susah, ngeluarin uang gak hanya 100 ribu, kesana kemari dan harus menerima kegagalan berulang kali. Menjadi mahasiswa harus mengerti banyak hal, bukan hanya ilmu yang akan ia pelajari di kampusnya, namun bagaimana ia bisa menghargai apapun yang hadir di kehidupannya.

Saya kuliah di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim sudah menginjak semester 3. 1 tahun merasakan banyak suka duka menjadi seorang mahasiswa. Saya sempat berpikir, kenapa saya kuliah disini? Disini gaenak. Tugas banyak banget. Capek. Pengen gak kuliah. Dan itu wajar dirasakan banyak mahasiswa baru. 

Lama-lama saya menyadari satu hal, semua itu bertahap, gak instant kayak mie indomie di rumah. Selama saya kuliah, saya berusaha menjadi mahasiswa yang penurut, sabar, kalo ada tugas ya tinggal ngerjain. But, actually not easy. Semua karakter dosen berbeda-beda. Ada yang baik, tapi ngasih tugas bejebun. 

Ada yang suka marah-marah, tapi sebenernya baik. Ada yang suka humor, tapi tetep tegas ngadepi mahasiswa yang ngelunjak kalau dikasih tugas tapi gak ngerjain. Dan ada pula yang jarang ngasih tugas, tapi sekali ngasih, langsung susah tugasnya. Tapi sebenernya, para dosen niatnya Cuma satu kok, pengen mahasiswanya paham materi yang beliau-beliau beri. Dengan berbagai cara serta karakteristik pengajaran, para dosen ingin mahasiswa gampang memahami materi, sesimpel itu alasan mereka.

Di artikel ini saya sedikit curhatlah istialahnya tentang pengalaman saat belajar bersama seorang dosen favorit saya. Bersama beliau, kuliah semakin sronok. Dijamin tidak tegang, tidak banyak tugas. Pak Edi Purwanto namanya. Beliau mengajar matkul Pancasila saat saya semester 1, kemudian mengajar dikelas saya lagi saat semester 2 di matkul Kewarganegaraan. Yang paling saya ingat dari beliau adalah saat pertama kali bertemu di kelas semester 1. 

Pak Edi menyamar sebagai seorang staff fakultas, dan berkata dosen pancasila saat itu (sebenarnya ya pak edi sendiri) sedang ada urusan, sehingga tidak dapat hadir. Saking polosnya maba, ya kami percaya saja. Namun setelah beberapa kali pertemuan, terbongkar sudah, kalau pak edi berbohong kepada kami. 

Niat beliau hanya bercanda, supaya kelas tidak nampak gugup dan tegang. Tugas yang beliau berikan juga bukanlah tugas yang memberatkan mahasiswa. Pak Edi menuntun para mahasiswa untuk terus berpikir kritis dan selalu berani menyampaikan pendapatnya di depan umum. Sering saya menjumpai Pak Edi menjadi pembicara di berbagai acara talkshow atau seminar tentang kewarganegaraan dan pancasila.

Seringkali beliau mengajak mahasiswa nya untuk makan-makan. Saat awal matkul kewarganegaraan di kelas saya misalnya, beliau ingin pelajaran dialihkan ke Qonaah, yaitu warung soto ayam yang terkenal di kalangan mahasiswa UIN. Tak hanya itu, beliau juga membantu membayarkan setengahnya. Selama diajar beliau, saya tidak pernah melihat pak edi marah. Ya mungkin pernah, tapi beliau selalu tampak humoris di depan mahasiswanya. 

Cara pengajaran pak edi cukup sederhana, dibagi kelompok, kemudian membuat PPT, dan di presentasikan di kelas. Kemudian untuk mata kuliah kewarganegaraan, Pak Edi di awal perkuliahan menyampaikan bahwa ingin membuat perkuliahan sedikit berbeda dari biasanya. Setiap mahasiswa membuat PPT dan makalah tentang suatu masalah yang ingin disampaikan melalui mata kuliah kewarganegaraan, mungkin bisa seperti kasus-kasus kriminalitas, bullying, dan lain-lain. Dengan begitu, mahasiswa lain bisa memahami setiap masalah yang disampaikan oleh temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun