Mohon tunggu...
Khofifah Albena Akbar
Khofifah Albena Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi S1 manajemen yang menyukai berkuda

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Medusa dan Poseidon (Human and Woman Dignity)

19 Juni 2023   22:08 Diperbarui: 19 Juni 2023   22:22 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Salah satu karakter yang paling dikenal dalam cerita rakyat Yunani kuno adalah Medusa, makhluk dari mitologi Yunani. Dia sering digambarkan sebagai monster yang menakutkan dengan kepala ditutupi rambut ular yang menggeliat dan tatapan tajam yang bisa mengubah siapa pun menjadi batu.

Mengalir cerita pada zaman dahulu kala, pada zaman peradaban Yunani kuno. Seorang wanita muda cantik bernama Medusa. Dia memiliki mata yang menawan dan rambut emas, dan karismanya yang cerah memikat semua orang yang melihatnya. Selain kecerdasan dan keanggunannya, Medusa terkenal karena dedikasinya yang tak tergoyahkan untuk membela martabat manusia.
Tetapi ketika dia menarik perhatian Poseidon yang kuat, dewa lautan, hidupnya berubah secara tragis. 

Poseidon mendekati Medusa dengan proposal saat dia diliputi oleh hasrat. Dia memintanya untuk meninggalkan komitmennya untuk menegakkan martabat manusia demi menjadi pasangan hidupnya lalu mencintainya. Sebagai gantinya, dia menawarkan kekayaan, ketenaran, dan kecantikan abadi.

Meski senang dengan perhatian Dewa Poseidon, Medusa menolaknya. Dia yakin bahwa penghormatan terhadap martabat manusia tidak boleh ditukar dengan keuntungan materi. Dia memahami pentingnya menghormati diri sendiri dan orang lain, dan dia sadar bahwa menuruti tuntutan Poseidon berarti mengkhianati prinsip moralnya. Poseidon sangat marah dengan Medusa karena menolaknya, dan dia menyerangnya.

Kisah Medusa menggambarkan bagaimana dia menjadi mangsa nafsu seksual Poseidon yang rakus. Dia dengan kejam memperkosanya di kuil Athena. Dan akibatnya, Athena, tangan kanan Zeus, mengutuknya karena mencemarkan kuilnya. Kisah ini sangat selaras dengan kenyataan kasus yang terjadi didunia nyata saat ini dimana wanita yang terus mengalami Pemerkosaan seksual, mereka sering dihukum, sementara orang yang bertanggung jawab atas tindakan mengerikan tersebut bisa bebas.

Cara perempuan sering dijadikan objek dan tidak manusiawi dalam masyarakat patriarkal dapat dibandingkan dengan metamorfosis Medusa menjadi monster. Poseidon tertarik pada Medusa karena kecantikannya, tetapi dia juga rentan terhadap rayuannya karena itu. Dia menghukumnya dengan mengubahnya menjadi monster sejak dia melawannya. Ini mungkin dilihat sebagai peringatan terhadap bahaya melihat wanita tidak lebih dari objek keinginan.

Saat kabar tentang perbuatan Medusa menyebar ke seluruh Yunani, para dewa sendiri mendengar tentang pembelaannya yang gigih terhadap martabat manusia. Mereka melihat kekuatannya yang meningkat dalam kehebatan fisiknya serta kepatuhannya yang teguh pada prinsip-prinsip moralnya.

Dewi pengetahuan dan pertempuran, Pallas Athena, sangat tersentuh oleh kisah Gorgon Medusa. Dia mendekati gadis yang berubah dan berterima kasih atas tindakan heroiknya. Medusa diberi perisai oleh Athena yang akan mencerminkan kebenaran dan menunjukkan pelanggaran mereka kepada siapa saja yang berani melanggar martabat manusia.

Bersama dengan teman barunya, Medusa berangkat mencari pembalasan bagi mereka yang suaranya telah dibungkam. Tindakannya mendorong orang lain untuk melawan ketidakadilan dengan menjadi pengingat bahwa inti kemanusiaan adalah perlindungan yang tak tergoyahkan atas martabat dan rasa hormat setiap orang.

Kemampuan Medusa mengubah manusia menjadi batu bisa dilihat sebagai representasi dari kekuatan suara perempuan. Suara perempuan sering diredam atau diabaikan, dan kisah mereka tidak dihargai sama dengan laki-laki, dalam lingkungan masyarakat. Kisah Medusa dan Poseidon juga bisa dilihat sebagai kritik terhadap hubungan antara kekerasan dan otoritas. 

Poseidon adalah dewa kuat yang memanfaatkan posisinya untuk menghukum dan melukai Medusa. Hal ini dapat dilihat sebagai peringatan tentang bahaya kekuasaan yang tidak terkendali dan perlunya individu-individu yang berada dalam posisi kekuasaan untuk menjalankan pengaruhnya secara bertanggung jawab dan dengan cara yang menghormati martabat orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun