Kemudian, pada aspek nilai dan ideologi yang dianut. Pasangan suami istri yang memilih childfree dikarenakan adanya pandangan liberal tentang bagaimana mereka menginginkan kebebasan atas kehidupan rumah tangga. Pasangan childfree secara signifikan lebih liberal daripada pasangan yang memiliki anak.Â
Pandangan bahwa tidak memiliki anak adalah untuk memfasilitasi peran gender yang lebih egaliter atau pun karena alasan kepedulian terhadap lingkungan dan adanya kesadaran memilih untuk tidak memiliki anak adalah satu-satunya tindakan yang paling berdampak untuk bumi yang kelebihan populasi.
Sementara itu, konstruksi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim konservatif jelas bertentangan dengan nilai liberal.Â
Memilih untuk bebas anak, sering dipandang sebagai pilihan yang menyimpang terhadap nilai-nilai dan ajaran agama, tidak feminin, dan melawan kodrat bagi perempuan serta pelanggaran terhadap konstruksi tradisional feminitas.Â
Memiliki anak merupakan hukum yang wajib dan memiliki amalan ibadah. Perspektif dari individu-individu yang tidak setuju ini mengkonfrontasi perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak
Sering dilihat orang lain sebagai orang tidak beruntung dan cacat secara psikologis, egois, menyimpang, dalam gaya hidup childfree yang tidak wajar, tidak sehat dan feminim, seperti nilai yang mereka anut.Â
Sebagian yang berargumentasi menolak childfree dikarenakan tidak sesuai dengan stigma sosial dan budaya patriarki yang masih lekat di Indonesia.
Bagaimanapun, narasi tentang childfree yang beberapa bulan belakangan diperbincangkan dan diperdebatkan masyarakat Indonesia bukanlah sesuatu yang baru.Â
Konsepsi childfree ini memicu perdebatan masyarakat Indonesia khususnya pada aspek pertimbangan karir serta ideologi dan prinsip hidup yang berbeda-beda.Â
Pada akhirnya, penulis merefleksikan bahwa keputusan untuk memilih childfree adalah hak setiap pasangan dalam ranah privat.
Referensi : 1