Mohon tunggu...
Ahmad Zainul Khofi
Ahmad Zainul Khofi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pelajar

Living in an intentional continuous exploration of life | IG: @azkhofi_

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemburu Ilmu yang Rela Berpisah dengan TikTok

18 Juni 2023   20:02 Diperbarui: 18 Juni 2023   20:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/pesantrennuruljadid

Di tengah maraknya generasi ngetok (Generasi TikTok, red.), santri baru memulai perjalanan awal mereka di Pondok Pesantren. Salah satu Pondok Pesantren yang menjadi pilihan banyak masyarakat, khususnya di Jawa Timur adalah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di Pesantren Nurul Jadid ini, momen haru terus di alami ketika santri baru berpisah dengan keluarganya. Kita sadar bahwa pesantren merupakan tonggak tempat menepa bagi ribuan pemuda dan pemudi yang mengejar cakrawala ilmu di tengah tantangan dunia modern.

Pemburu ilmu itu, datang dari berbagai penjuru negeri dengan penuh gairah dan semangat yang membara dengan membawa harapan dan impian untuk menimba ilmu agama dan pengetahuan umum di bawah bimbingan kyai dan ustadz yang memiliki kecakapan dalam pengetahuan agama. Biasanya, santri baru ini mengikuti jejak generasi-generasi sebelumnya yang telah sukses mencetak kader-kader intelektual, tokoh agama, dan pemimpin masyarakat yang berperan penting dalam kemajuan bangsa.

Mengapa santri baru tetap memilih pondok pesantren sebagai tempat berkembang bagi bakat dan karakter mereka? Salah satu alasan utamanya adalah nilai-nilai dan tradisi pesantren  yang ditanamkan di pondok pesantren. Di sini, mereka belajar tentang kesopanan, kedisiplinan, kejujuran, keikhlasan, dan saling menghormati, bekerjasama dalam kebaikan, kemandirian. Selain itu, pondok pesantren juga memberikan ruang bagi mereka untuk mengeksplorasi potensi diri santri dan mengembangkan berbagai keterampilannya.

Pondok pesantren juga memiliki kurikulum yang komprehensif, yang tidak hanya mencakup pelajaran agama, tetapi juga pelajaran umum seperti matematika, sains, bahasa Inggris, dan keterampilan berkomunikasi. Hal ini agar santri baru dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin kompleks. Mereka dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menjadi modal dalam menghadapi tantangan global. Di Pondok Pesantren Nurul Jadid nilai dan karakter itu termaktub dalam Trilogi dan Panca Kesadaran Santri.

Pada umumnya, perjalanan santri baru di pondok pesantren tidaklah mudah. Mereka harus menghadapi kehidupan yang sederhana, menjalani rutinitas yang ketat, dan belajar dengan tekun. Hal ini merupakan bagian dari proses pembentukan karakter dan mental yang kuat. Mereka dilatih untuk menjadi pribadi yang tangguh, disiplin, dan bertanggung jawab.

Perjalanan santri baru di pondok pesantren juga tidak terbatas pada ruang kelas. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti pengabdian kepada masyarakat, mengajar anak-anak di sekolah-sekolah desa, dan membantu dalam berbagai kegiatan keagamaan, seperti contohnya: santri sebagai duta daerah asal terjun dalam kegiatan positif di organisasi kemasyarakatan Forum Komunikasi Santri (FKS). Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi individu yang berpengetahuan, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Masyarakat dan pemerintah semakin mengakui peran penting pondok pesantren dalam pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda. Upaya kolaboratif antara pemerintah, pondok pesantren, dan masyarakat dalam memperkuat pendidikan di pondok pesantren diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi perkembangan santri.

Perjalanan santri baru di pondok pesantren menjanjikan cakrawala ilmu yang lebih luas, mempertajam pemahaman agama, dan membentuk karakter yang tangguh. Dengan semangat yang membara, mereka melangkah maju dalam meniti jejak para pendahulu, siap memberikan kontribusi berarti bagi kemajuan bangsa dan agama.

(Sebelumnya, artikel telah terbit di portal media harianjatim.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun