Mohon tunggu...
Akhmad Khoerul Anwar
Akhmad Khoerul Anwar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

SEMUA MANUSIA MEMPUNYAI MIMPI.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kecerdasan Anak Tidak Diukur dari Angka

25 Desember 2019   11:47 Diperbarui: 25 Desember 2019   11:44 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah bunda...

Besok insya allah anak-anak kita menerima raport hasil belajarnya.

Besok anak-anak kita akan melihat angka demi angka hasil ujian dan belajarnya selama ini.

Jangan marah ya ayah...

Jangan tatap tajam aku ya bunda...

Mana kala susunan angka tersebut seperti acak terlihat dan meloncat-loncat.

Dari angka kecil, sedang, balik lagi besar.

Abi Umi...

Sepertinya begitu resah malam ini.

Sejenak kita tengok hati mereka.

Adakah rasa resah gundah gulana seperti abi uminya.

Atau mereka tetap tenang tawaddu menghadapinya.

Berharap nilai yang muncul bisa membawa senyum merkah keluarga.

Papa mama...

Kemaren kita ikut sibuk menjadi guru sekaligus polisi saat anak-anak kita ujian.

Kemaren kita ikut berpusing meminta anak-anak belajar lebih keras dalam menghadapi ujiannya.

Dan kemaren betapa tinggi target nilai yang kita bebankan pada nilai ujian anak-anak kita.

Adakah kepuasan yang kita rasakan. Sudah?

Pikirku pun melayang...

Ya kita dulu...

Kita pernah menjadi murid.

Kita juga tak bisa menguasai seluruh mata pelajaran dengan sempurna.

Kita sedih jika tak bisa menjawab soal ujian.

Orang tua kita marah jika nilai ujian kita buruk.

Dan

Yang paling teringat.

Kitapun tak suka jika orang tua kita membandingakan kita dengan kepandaian teman-teman kita.

Astghfirullah, sedihnya bukan main. Menyakitkan.

Bapak Ibu...

Apakah kita akan menilai kepandaian dan kecerdasan  anak-anak sholih sholihah hanya dengan selembar kertas berisi deretan angka-angka didalamnya.

Apakah tidak ada kecerdasan lain selain yang terdapat dalam angka-angka itu?

Apakah selama ini kepatuhan mereka, rajinnya, membantu pekerjaan rumah, sayang dan pedulinya mereka pada saudara dan teman-teman, kesholehan mereka dalam menjalankan perintah Allah... Tidak termasuk dalam kategori anak yang pandai dan cerdas?

Ayah Bunda...

Ujian hanyalah berupa lembaran kertas pertanyaan tak sampai 100 soal. Yang sering kali dijawab dengan apa yang mereka pahami dan ingat.

Apakah ini bisa mewakili kecerdasan dan kepandaian anak-anak?

Sementara begitu banyak dan padatnya materi yang mereka terima yang kadang diluar kemampuan dasar mereka.

Abah Mamak...

Malan ini yuk dekap hangat anak-anak kita.

Sembari membisikan dalam do'a.

Dan ucapkanlah.

"Anaku sayang apapun hasilnya, umi abi sangat bangga dengan semangat dan usahamu yang pantang menyerah selama ini."

Bisikan lembut pada telingga mereka, betapa mereka adalah yang terbaik, sangat bernilai dan berharga  bagi kita melebihi nilai hasil ujian mereka.

Genggam erat tangan mereka dan sampaikanlah bahwa angka-angka diatas kertas itu bukanlah ukuran kesuksesan seseorang nantinya.

Ayah Bunda...

Anak-anak kita memiliki keunikan dan kelebihannya sendiri.

Jangan bandingkan dengan siapapun.

Biarkan mereka jadi dirinya sendiri.

Let's go with good character.

Biarkan mereka melangkah sesuai dengan kemampuannya.

Pleace...

Jangan penjarakan mereka dengan deretan angka-angka diatas.

Kita hanya perlu menjadi role model bagi mereka.

Menuntun, membimbing, mengarahkan, mengoptimalisasikan sisi manusiawinya.

Meleburkan potensinya sebagai karya kesyukuran baginya dan kebahagiaan bagi semesta.

Dan kita hanya perlu mencintai mereka, sepenuh jiwa kita.

Tanpa mengeluh.

Dan dengan apa adanya mereka.

Peluk cinta bunda untukmu anakku...

Minta ma'af nak atas semua yang sempat menancap perih disanubarimu.

Kita melangkah bersama nak...

Seiring usia.

Senada harapan.

Setinggi citamu, citaku.

Gapai surga-NYA, tanpa pedih lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun