1. Pendahuluan
Pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan utama pendidikan dasar. Sesuai dengan visi Kurikulum Merdeka, pendidikan tidak hanya bertujuan membentuk siswa yang cerdas secara akademis, tetapi juga berbudi pekerti luhur. Salah satu tantangan terbesar adalah memilih metode yang relevan, menarik, dan efektif untuk menyampaikan nilai-nilai karakter kepada siswa.
Cerpen menjadi media pembelajaran yang relevan karena ceritanya singkat, menarik, dan mampu menyentuh emosi pembaca. Louis Rosenblatt (1978) melalui teori transaksional membaca menekankan bahwa interaksi pembaca dengan teks dapat memunculkan pemahaman baru yang mendalam, terutama terkait nilai-nilai moral. Dengan memanfaatkan potensi ini, pembelajaran berbasis cerpen dapat dioptimalkan untuk menciptakan pembelajaran karakter yang holistik.
2. Kajian Pustaka
2.1 Penguatan Karakter dalam Pendidikan DasarÂ
Menurut Thomas Lickona (1991), pendidikan karakter mencakup tiga dimensi utama: moral knowing, moral feeling, dan moral action. Ketiganya dapat diperkuat melalui aktivitas literasi yang memadukan analisis cerita, diskusi, dan aplikasi nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Cerpen sebagai Media PembelajaranÂ
Cerpen memiliki struktur yang sederhana, dengan pesan moral yang mudah dipahami oleh siswa. Bandura (1977) dalam teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa siswa dapat belajar melalui observasi terhadap tokoh cerita. Selain itu, Martha Nussbaum (1995) menunjukkan bahwa sastra, termasuk cerpen, dapat meningkatkan empati dan kemampuan memahami perspektif orang lain.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka dan observasi implementasi di kelas.
Data dikumpulkan melalui analisis literatur, wawancara dengan guru, dan observasi pelaksanaan pembelajaran berbasis cerpen di dua sekolah dasar di Kabupaten Pati, yakni SD Negeri Kuryokalangan 01 dan SD negeri Kuryokalangan 02, pada tahun ajaran 2024/2025.