Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah Kebajikan

6 Januari 2025   01:37 Diperbarui: 6 Januari 2025   01:37 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Langkah Kebajikan. dokpri

Wina tersenyum, menatap Dinda dengan penuh kasih. "Dinda, tahu tidak? Kadang orang lain belum mengerti betapa berharganya kita. Tapi itu bukan alasan untuk membalas dengan kebencian. Jadilah teman yang baik, dan mereka akan melihat cahayamu."

Hari itu, Wina mengajak seluruh kelas bermain permainan kerja sama. Ia memastikan Dinda terlibat dan merasa diterima. Ketika permainan usai, wajah Dinda berseri-seri, dan tawa anak-anak memenuhi ruangan. Wina tahu, kebajikan kecil telah menanam benih baru di hati anak-anak itu.

Di sela-sela kesibukannya, Wina sering teringat pesan almarhum ibunya: "Hidup ini bukan tentang menjadi yang paling hebat, tapi tentang bagaimana membuat orang lain merasa bahwa mereka berarti." Pesan itu bagaikan lilin yang menerangi jalannya, bahkan di saat-saat tersulit.

Sore itu, saat perjalanan pulang, Wina melihat seorang pemuda duduk di tepi jalan. Wajahnya kusut, matanya penuh kegalauan. Ia berhenti.

"Kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.

Pemuda itu, Arif namanya, menghela napas panjang. "Bu, saya baru saja kehilangan pekerjaan. Saya merasa gagal."

Wina duduk di sampingnya, mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, ia berkata, "Arif, setiap kegagalan adalah awal dari pelajaran baru. Jangan takut untuk mencoba lagi. Tapi ingat, apa pun yang kau lakukan, lakukanlah dengan niat baik. Dunia akan membalas kebaikanmu, meski mungkin tidak langsung."

Kata-katanya seperti hujan di tanah kering. Mata Arif mulai berbinar, seakan beban di pundaknya sedikit terangkat. Ia tersenyum untuk pertama kalinya hari itu.

Malam menjelang. Di bawah pohon mangga tua, Wina duduk dan merenung. Ia tak tahu apa yang akan terjadi esok hari---apakah hidupnya akan selalu damai atau penuh tantangan. Namun, satu hal yang ia tahu: ia akan menjalani setiap harinya dengan kebajikan. Dengan cinta kasih dalam hati, pikiran, tutur kata, dan perbuatan.

Hidup, baginya, bukan tentang seberapa lama kita hidup, tetapi seberapa banyak kebahagiaan yang kita bawa bagi orang lain. Di sela-sela kesibukan, Wina terus menanam kebajikan seperti menanam bunga di tanah tandus. Ia percaya, ketika bunga-bunga itu mekar, dunia akan menjadi tempat yang lebih indah, satu senyum demi satu senyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun