Wina tersenyum, menatap Dinda dengan penuh kasih. "Dinda, tahu tidak? Kadang orang lain belum mengerti betapa berharganya kita. Tapi itu bukan alasan untuk membalas dengan kebencian. Jadilah teman yang baik, dan mereka akan melihat cahayamu."
Hari itu, Wina mengajak seluruh kelas bermain permainan kerja sama. Ia memastikan Dinda terlibat dan merasa diterima. Ketika permainan usai, wajah Dinda berseri-seri, dan tawa anak-anak memenuhi ruangan. Wina tahu, kebajikan kecil telah menanam benih baru di hati anak-anak itu.
Di sela-sela kesibukannya, Wina sering teringat pesan almarhum ibunya: "Hidup ini bukan tentang menjadi yang paling hebat, tapi tentang bagaimana membuat orang lain merasa bahwa mereka berarti." Pesan itu bagaikan lilin yang menerangi jalannya, bahkan di saat-saat tersulit.
Sore itu, saat perjalanan pulang, Wina melihat seorang pemuda duduk di tepi jalan. Wajahnya kusut, matanya penuh kegalauan. Ia berhenti.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.
Pemuda itu, Arif namanya, menghela napas panjang. "Bu, saya baru saja kehilangan pekerjaan. Saya merasa gagal."
Wina duduk di sampingnya, mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, ia berkata, "Arif, setiap kegagalan adalah awal dari pelajaran baru. Jangan takut untuk mencoba lagi. Tapi ingat, apa pun yang kau lakukan, lakukanlah dengan niat baik. Dunia akan membalas kebaikanmu, meski mungkin tidak langsung."
Kata-katanya seperti hujan di tanah kering. Mata Arif mulai berbinar, seakan beban di pundaknya sedikit terangkat. Ia tersenyum untuk pertama kalinya hari itu.
Malam menjelang. Di bawah pohon mangga tua, Wina duduk dan merenung. Ia tak tahu apa yang akan terjadi esok hari---apakah hidupnya akan selalu damai atau penuh tantangan. Namun, satu hal yang ia tahu: ia akan menjalani setiap harinya dengan kebajikan. Dengan cinta kasih dalam hati, pikiran, tutur kata, dan perbuatan.
Hidup, baginya, bukan tentang seberapa lama kita hidup, tetapi seberapa banyak kebahagiaan yang kita bawa bagi orang lain. Di sela-sela kesibukan, Wina terus menanam kebajikan seperti menanam bunga di tanah tandus. Ia percaya, ketika bunga-bunga itu mekar, dunia akan menjadi tempat yang lebih indah, satu senyum demi satu senyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H