Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah Kebajikan

6 Januari 2025   01:37 Diperbarui: 6 Januari 2025   01:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Langkah Kebajikan. dokpri

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Langit pagi berwarna keemasan, membingkai desa kecil di kaki gunung. Udara segar menyapa, membawa aroma tanah basah dan kicauan burung yang bersahut-sahutan. Setiap pagi, Wina memulai harinya di bawah pohon mangga tua di halaman rumah. Pohon itu telah menjadi saksi perjalanan hidupnya, dari masa kecil yang ceria hingga usia dewasanya yang penuh pelajaran hidup. Baginya, pohon itu bukan sekadar tempat berteduh, melainkan teman yang diam-diam menyerap segala doa dan harapannya.

Wina adalah seorang guru sekolah dasar. Di balik kesederhanaan hidupnya, ia memiliki prinsip yang kokoh: menanam kebajikan di setiap langkah. Baginya, kebajikan adalah bunga yang mekar di hati, membawa keindahan bagi siapa saja yang mendekat. Namun, ia tahu bahwa kebajikan tidak selalu dihargai, dan itulah tantangannya.

Suatu pagi, saat berjalan menuju sekolah, ia melihat Pak Barto, seorang petani tua, tengah memikul karung beras. Wajahnya penuh kerutan yang berbicara tentang beratnya kehidupan, tetapi senyumnya tetap terpancar. Wina mempercepat langkah.

"Pak Barto, berat sekali itu! Biar saya bantu," ujarnya seraya mengambil salah satu karung dari tangan Pak Barto.

Pak Barto terkejut sejenak, lalu tertawa kecil. "Ah, Nduk Wina, kau ini selalu baik pada orang tua seperti saya."

"Kita semua saling membutuhkan, Pak. Kebahagiaan itu ringan jika dibagi."

Ketika tiba di sekolah, Wina menemukan Dinda, salah satu muridnya, duduk sendirian di sudut kelas. Matanya sembab, pipinya basah oleh air mata. Wina menghampiri dan duduk di sampingnya.

"Ada apa, Nak?" tanyanya lembut.

Dinda menunduk, suaranya bergetar. "Bu Guru, teman-teman tidak mau bermain denganku. Mereka bilang aku aneh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun