Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Bima

29 Desember 2024   22:21 Diperbarui: 29 Desember 2024   22:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

OLEH: Khoeri Abdul Muid

"Apakah hidup ini hanya permainan nasib?"

Ratna melontarkan pertanyaan itu sambil menatap keheningan sawah yang terhampar luas di depan rumahnya. Langit malam tampak muram, seolah ikut merasakan beban yang menghimpit hatinya. Bayangan api yang melalap kios kecil mereka seminggu lalu masih terus menghantui benaknya.

"Ratna, hidup ini seperti roda. Kadang kita di atas, kadang di bawah," jawab Bima, suaminya, dengan suara yang nyaris tak terdengar. Ia duduk di tangga, menggenggam segenggam tanah kering. "Tapi roda itu hanya berhenti kalau kita menyerah."

"Apa gunanya kita terus berjuang kalau hasilnya begini, Mas? Kios itu adalah hidup kita, dan sekarang semuanya habis. Apa yang tersisa?" suara Ratna meninggi, bercampur isak.

Bima menatap istrinya dengan mata yang mulai basah. "Yang tersisa adalah kita, Ratna. Aku masih di sini, kamu juga. Itu sudah cukup untuk memulai lagi."

"Memulai lagi?" Ratna tertawa getir. "Dengan apa? Dengan doa? Doa tidak akan membayar utang-utang kita!"

"Kita bisa mencari jalan, Ratna. Aku..." Bima menghentikan kalimatnya, seolah menimbang-nimbang sesuatu. "Aku sudah bicara dengan seorang teman. Dia menawarkan pekerjaan di luar kota. Aku akan pergi ke sana."

Ratna mematung. "Kamu akan meninggalkanku di sini sendirian?"

"Bukan meninggalkan, Ratna. Ini untuk kita. Untuk masa depan kita. Aku akan kembali."

Keputusan itu tidak mudah bagi Ratna, tapi ia tahu mereka tidak punya pilihan lain. Sebelum keberangkatannya, Bima memeluk Ratna erat. "Jaga dirimu baik-baik. Percayalah, ini hanya sementara."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun