Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rantai Kehidupan

29 Desember 2024   03:37 Diperbarui: 29 Desember 2024   02:38 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Rantai Kehidupan. dokpri

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di lembah hijau, hidup seorang pemuda bernama Aruna. Ia dikenal sebagai seorang pemahat kayu berbakat, meskipun ia tidak pernah belajar secara formal. Dalam setiap ukirannya, terlihat kisah-kisah tentang kehidupan, cinta, dan perjuangan. Orang-orang percaya bahwa Aruna memiliki hubungan istimewa dengan alam, karena setiap karyanya terasa hidup dan bernyawa.

Pada suatu pagi, seorang pendatang bernama Ki Jatayu, seorang saudagar kaya dari kota, tiba di desa itu. Ia membawa sebuah peti kayu besar yang ditutup rapat. Dengan suara berat namun penuh wibawa, ia meminta Aruna untuk membuatkan sebuah ukiran yang melambangkan "rantai kehidupan." Tak ada penjelasan lebih lanjut, hanya janji bahwa jika Aruna berhasil, imbalan besar akan menantinya.

Aruna menerima tantangan itu. Malam itu, ia duduk di depan peti kayu yang telah diberikan oleh Ki Jatayu. Ketika ia membuka peti itu, ia tertegun. Di dalamnya terdapat sebuah bongkahan kayu yang tampak biasa, tetapi ketika disentuh, terasa hangat dan berdenyut seperti hidup.

Hari demi hari berlalu, dan Aruna terus berusaha memahami maksud dari "rantai kehidupan." Ia mencoba berbagai ukiran --- lingkaran, tali, bahkan rantai logam yang ia tiru dari kehidupan sehari-hari --- tetapi semuanya terasa salah. Setiap kali ia selesai, ukirannya hancur, seolah-olah kayu itu menolak bentuk yang ia buat.

Pada malam kelima, Aruna bermimpi. Dalam mimpinya, ia berjalan di hutan yang penuh cahaya. Pohon-pohon berbisik, air sungai bernyanyi, dan angin membawa pesan yang lembut, "Rantai kehidupan bukan tentang ikatan yang membelenggu, melainkan tentang hubungan yang menyambung. Pahatlah kisah yang hidup."

Terbangun dengan napas yang memburu, Aruna menyadari bahwa ia harus mendengar suara kayu itu. Ia menutup matanya, menyentuhnya, dan membiarkan tangannya dipandu oleh sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Dalam sunyi malam, ukiran itu mulai terbentuk.

Saat fajar menyingsing, ukiran itu selesai. Sebuah karya luar biasa berdiri di hadapannya: sebatang pohon yang akar-akarnya membelit tanah, batangnya menjulang kokoh, cabangnya memeluk langit, dan buahnya bersinar seperti berlian. Setiap detail pohon itu bercerita --- tentang benih yang tumbuh dari tanah, tentang angin yang membawa harapan, tentang hujan yang menyuburkan, dan tentang waktu yang merajut semuanya menjadi satu kesatuan.

Ketika Ki Jatayu melihat ukiran itu, ia terdiam. Mata tuanya yang keras berubah lembut. "Kau memahami makna kehidupan lebih dari yang kukira," ujarnya. "Karya ini tidak hanya indah, tetapi juga mengajarkan kebijaksanaan."

Ki Jatayu kemudian menceritakan bahwa kayu itu berasal dari pohon terakhir di hutan leluhurnya, yang telah ditebang demi pembangunan kota. Ia berharap ukiran ini bisa menjadi pengingat bagi generasi mendatang tentang pentingnya menjaga keseimbangan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun