Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Di Atas Langit Masih Ada Langit

28 Desember 2024   15:21 Diperbarui: 28 Desember 2024   15:26 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Di Atas Langit Masih Ada Langit. dokpri

OLEH: Khoeri Abdul Muid

"Aja rumangsa sekti. Pada dene landhepe. Yen wadung ora bisa kanggo nyukur. Semono uga peso cukur iya ora kena kanggo ngethok kayu. Sakndhuwure langit isih ana langit". (Jangan merasa sakti. Sama-sama tajam. Kapak tidak bisa untuk mencukur. Begitu juga pisau cukur tidak bisa untuk memotong kayu. Di atas langit masih ada langit).

Perspektif Agama Islam

Dalam Islam, terdapat prinsip tawadhu' (rendah hati) yang mengajarkan manusia untuk tidak sombong atas kemampuan atau kelebihannya. Firman Allah dalam QS. Al-Isra: 37 menyatakan:

"Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung."

Ajaran ini mencerminkan bahwa setiap manusia memiliki batas dan tidak boleh merasa paling hebat. Seperti kapak yang tidak bisa mencukur, setiap individu memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Hal ini juga menekankan bahwa kelebihan seseorang harus disertai kesadaran atas kekurangannya, dan di atas setiap manusia masih ada kekuasaan Allah yang Maha Tinggi.

Perspektif Filsafat

Dalam filsafat, ajaran ini dapat dikaitkan dengan prinsip relativitas dan kesadaran diri. Para filsuf seperti Socrates menekankan pentingnya mengenal keterbatasan diri. Ungkapan "aku tahu bahwa aku tidak tahu" mencerminkan kerendahan hati dalam menyadari bahwa tidak ada yang sempurna secara mutlak.

Filsafat juga mengajarkan bahwa setiap objek atau manusia memiliki kegunaan tertentu yang tidak bisa digantikan oleh yang lain. Prinsip ini sejalan dengan konsep teleologi Aristotelian, di mana setiap entitas memiliki tujuan dan fungsi spesifik yang menjadi esensi keberadaannya.

Perspektif Teori Lain yang Relevan

  1. Psikologi Humanistik
    Teori Abraham Maslow tentang aktualisasi diri menekankan bahwa manusia mencapai puncak potensinya saat ia mampu mengenali dan menerima perannya di dunia. Kerendahan hati, sebagaimana diungkapkan dalam pepatah ini, adalah langkah penting untuk memahami bahwa setiap individu unik dan saling melengkapi.
  2. Etika Sosial
    Dalam konteks sosial, pepatah ini mengajarkan pentingnya kerja sama dan saling menghormati perbedaan. Tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama, tetapi setiap individu memiliki kontribusi khusus untuk masyarakat. Prinsip ini memperkuat nilai gotong royong, sebagaimana diajarkan dalam budaya dan agama.
  3. Prinsip Kepemimpinan Servant Leadership
    Seorang pemimpin yang baik harus memahami bahwa kehebatan tidak datang dari keangkuhan, melainkan dari kemampuan untuk melayani orang lain sesuai dengan potensi terbaik yang dimilikinya. Kesadaran akan "di atas langit masih ada langit" juga mengajarkan pemimpin untuk selalu belajar dan terbuka terhadap masukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun