OLEH: Khoeri Abdul Muid
Aja ngangsa bandha donya. Sebab, kaya anggonmu metu saka guwa garbane biyungmu. Mengkono uga anggonmu bakal lunga, iya wuda kaya nalikane kowe teka. Lan, ora oleh apa-apa saka kangelanmu kang kena kok gawa ing tanganmu.
"Jangan terlalu berambisi mengejar harta dunia. Sebab, seperti saat kamu keluar dari rahim ibumu, demikian pula nanti saat kamu pergi, kamu akan kembali tanpa membawa apa-apa, sama seperti ketika kamu datang. Dan, dari segala jerih payahmu, tidak ada yang bisa kamu bawa dengan tanganmu."
Nasihat "Aja ngangsa bandha donya" mengingatkan kita akan kefanaan harta dunia dan pentingnya hidup dengan penuh kesadaran. Pesan ini relevan dalam ajaran agama, filsafat, dan teori modern yang menekankan esensi kehidupan bukan pada materi, melainkan pada kebermaknaan dan nilai-nilai luhur.
Perspektif Agama Islam
Islam menekankan bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara. Allah SWT berfirman:
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan." (QS. Al-Hadid: 20).
Hadis Rasulullah SAW juga menguatkan:
"Manusia berkata, 'Hartaku, hartaku.' Padahal hartamu hanyalah apa yang telah kamu makan, kamu pakai hingga usang, atau kamu sedekahkan sehingga tersimpan sebagai pahala di sisi Allah." (HR. Muslim).
Dari perspektif Islam, jerih payah di dunia harus diarahkan pada amal kebaikan, yang kelak menjadi bekal di akhirat. Harta dunia bukan tujuan, melainkan alat untuk berbuat kebaikan.
Perspektif Filsafat
Dalam filsafat Stoikisme, terdapat konsep bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada kepemilikan materi, melainkan pada kebajikan dan ketenangan jiwa. Epictetus mengajarkan bahwa manusia seharusnya tidak terikat pada hal-hal duniawi karena semua itu bersifat sementara dan di luar kendali manusia.