Dalam psikologi, konsep self-awareness dan self-regulation menjadi kunci memahami fenomena ini. Teori social comparison oleh Leon Festinger menyebutkan bahwa manusia cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain untuk mengevaluasi tindakan atau keputusannya. Akibatnya, individu sering mengabaikan suara hatinya demi menyesuaikan diri dengan norma sosial.
Namun, ketidakmampuan untuk mengikuti hati nurani sendiri dapat memicu konflik internal (cognitive dissonance), di mana tindakan seseorang tidak selaras dengan nilai atau keyakinannya. Psikolog Carl Rogers menekankan pentingnya self-actualization, yaitu proses untuk hidup sesuai dengan diri sejati yang autentik dan bukan sekadar mengikuti ekspektasi eksternal.
Penutup
Nasihat "Urip kuwi pancen aneh" mengingatkan kita akan tantangan manusia dalam menyeimbangkan antara mengikuti orang lain dan mendengarkan dirinya sendiri. Dalam perspektif Islam, filsafat, dan teori modern, refleksi ini menjadi pengingat pentingnya kejujuran kepada diri sendiri dan hidup secara autentik. Hiduplah sesuai dengan nilai-nilai yang Anda yakini, karena menjadi diri sendiri adalah bentuk keberanian tertinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H