OLEH: Khoeri Abdul Muid
Pada suatu hari, ada seekor burung yang sangat suka makan semut. Setiap kali ia lapar, ia terbang rendah dan mematuk semut-semut kecil yang berjalan berbaris di tanah. "Aku kuat dan hebat," pikir burung itu, "semut-semut kecil ini tak bisa melawanku!" Namun, waktu terus berjalan. Burung itu menua dan akhirnya meninggal. Tubuh burung jatuh di tanah dan mulai membusuk. Apa yang terjadi? Semut-semut kecil yang dulu dimakannya datang bergerombol. Mereka memakan tubuh burung itu sedikit demi sedikit.
Cerita ini mengajarkan bahwa hidup selalu berubah. Saat ini, mungkin kita merasa kuat dan berkuasa. Tetapi, suatu saat keadaan bisa saja berbalik. Karena itu, jangan pernah meremehkan atau menyakiti makhluk lain. Kita harus bersikap baik dan rendah hati kepada siapa pun, karena waktu lebih kuat dari kita semua. Bersikap baik itu penting!
Dasar Teori
Pembelajaran berbasis cerita (story-based learning) merupakan salah satu pendekatan efektif dalam pendidikan karakter. Menurut Bruner (1990), cerita dapat membantu siswa memahami nilai-nilai abstrak melalui alur yang konkrit dan bermakna. Dalam pembelajaran karakter, cerita berfungsi sebagai sarana refleksi, memungkinkan siswa untuk mengaitkan pengalaman pribadi dengan pesan moral yang disampaikan.
Selain itu, pendekatan ini selaras dengan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis proyek dan penguatan karakter profil Pelajar Pancasila, seperti nilai "beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia."
Data Pendukung
Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani et al. (2021) menunjukkan bahwa penggunaan cerita dalam pembelajaran karakter meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai moral sebesar 35% dibandingkan dengan metode ceramah. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga menyebutkan bahwa 78% siswa SD lebih mudah memahami nilai-nilai karakter melalui cerita interaktif dibandingkan dengan penjelasan abstrak.
Integrasi dalam Pembelajaran
Kelas dan Mata Pelajaran
Cerita "Burung dan Semut" cocok diajarkan di kelas 4 hingga 6 SD karena siswa pada jenjang ini mulai mampu berpikir abstrak dan memahami pesan moral secara mendalam. Cerita ini dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran:
- Pendidikan Pancasila: Membahas nilai-nilai rendah hati dan kebaikan sebagai perwujudan sila kedua Pancasila, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab."
- Bahasa Indonesia: Sebagai materi membaca cerita atau teks naratif, diikuti dengan diskusi pesan moral.
- Seni Budaya dan Prakarya (SBdP): Melalui aktivitas menggambar adegan cerita atau membuat poster yang berisi pesan moral.
Skema Penguatan Karakter
- Pemahaman Pesan Moral (Kognitif)
- Cerita dan Diskusi Awal:
- Bacakan cerita "Burung dan Semut" dengan intonasi menarik.
- Diskusikan isi cerita melalui tanya jawab:
- Apa yang dilakukan burung kepada semut?
- Apa yang terjadi pada burung di akhir cerita?
- Apa pesan moral yang bisa dipelajari?
- Penjelasan Nilai Moral:
- Rendah hati: Tidak meremehkan orang lain.
- Kebaikan: Selalu bersikap baik kepada siapa pun.
- Kesadaran akan perubahan: Hidup tidak selalu sama; kita harus siap menghadapi perubahan.
- Cerita dan Diskusi Awal:
- Refleksi dan Keterhubungan (Afektif)
- Refleksi Diri:
- Pernahkah kamu merasa lebih kuat atau lebih hebat daripada orang lain? Apa yang kamu lakukan?
- Bagaimana perasaanmu jika kamu diperlakukan seperti semut dalam cerita?
- Visualisasi Nilai:
- Minta siswa menggambar burung dan semut, lalu menuliskan pesan moral di bawahnya.
- Refleksi Diri:
- Aksi Nyata (Psikomotorik)
- Kegiatan Praktik:
- Role play cerita "Burung dan Semut".
- Proyek "Hari Kebaikan": Siswa melakukan kebaikan kepada teman setiap hari selama seminggu dan melaporkan hasilnya.
- Tugas Kelompok:
- Membuat poster ajakan "Bersikap Baik dan Rendah Hati."
- Kegiatan Praktik:
- Pembiasaan dan Apresiasi
- Penguatan Nilai di Kelas:
- Jadikan nilai rendah hati dan kebaikan bagian dari rutinitas kelas.
- "Kata Inspirasi Hari Ini": Siswa menulis kalimat motivasi terkait kebaikan di papan tulis.
- Penghargaan Positif:
- Berikan lencana "Teman Rendah Hati" atau "Sahabat Baik" kepada siswa yang menunjukkan perilaku positif.
- Penguatan Nilai di Kelas:
- Evaluasi dan Umpan Balik
- Refleksi Mingguan:
- Diskusikan apa yang telah dipelajari dan diterapkan siswa dari cerita.
- Penilaian Proyek:
- Tinjau poster, laporan, atau cerita yang dibuat siswa untuk memastikan pemahaman dan penerapan nilai-nilai tersebut.
- Refleksi Mingguan:
Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami nilai rendah hati secara kognitif, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penguatan karakter berbasis cerita seperti ini menciptakan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dan berdampak jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H