Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penggunaan Kata "Para" dalam Pidato

17 Desember 2024   18:51 Diperbarui: 17 Desember 2024   17:51 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
para dan para-para beda makna. samsurijal.com

Kita akan membahas penggunaan kata ini berdasarkan kerangka teoritis dari segi bahasa baku, sintaksis, dan retorika pidato.

1. Teori Bahasa Baku

Kata baku adalah bahasa yang mematuhi kaidah ejaan dan tata bahasa yang berlaku secara formal. Kata "para" masuk dalam kategori kata baku karena sudah diakui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

2. Sintaksis: Prinsip Struktur yang Efisien

Sintaksis mempelajari hubungan kata dalam suatu kalimat. Pengulangan seperti "para-para" bertentangan dengan prinsip sintaksis yang menekankan komunikasi yang efektif dan efisien.

Contoh yang Tepat:

  • Benar: "Para kiyai yang saya hormati."
  • Kurang Tepat: "Para-para kiyai yang hadir pada acara ini."

Pengulangan seperti ini akan membingungkan audiens dan mengurangi kejelasan komunikasi dalam pidato.

3. Retorika dalam Pidato: Seni Mengemas Pesan dengan Tepat

Retorika adalah seni berbicara dengan tujuan mempengaruhi audiens melalui komunikasi yang persuasif dan bermakna. Dalam pidato, setiap kata harus dirancang agar dapat membangun koneksi dengan audiens, mencerminkan kesan profesional, dan mudah dipahami.

Prinsip Retorika yang Perlu Ditekankan:

  1. Efisiensi: Gunakan kata yang sederhana tetapi memiliki makna yang kuat.
  2. Formalitas: Kata harus mencerminkan kesan hormat dan profesional.
  3. Relevansi: Gunakan kata yang sesuai dengan konteks dan tujuan komunikasi.

Penggunaan "para-para" bisa menurunkan kesan profesional dan mengalihkan perhatian audiens.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun