OLEH: Khoeri Abdul Muid
Kata adalah jantung dari komunikasi yang efektif. Dalam konteks pidato, setiap kata memiliki kekuatan untuk membangun hubungan, memberikan kesan profesional, serta mempengaruhi audiens. Salah satu kata yang sering digunakan dalam pidato formal adalah kata "para."
Namun, muncul pertanyaan: Mengapa pengulangan seperti "para-para kiyai" terdengar kurang tepat? Bagaimana cara penggunaannya yang efektif agar pidato berjalan sukses dan profesional?
Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek terkait kata "para" mulai dari dasar teorinya, sintaksis, prinsip retorika, hingga studi kasus yang menunjukkan bagaimana kesalahan pemilihan kata mempengaruhi komunikasi dalam pidato.
I. Memahami Kata "Para": Definisi dan Fungsinya
Definisi Menurut KBBI dan Penggunaan Praktisnya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "para" adalah kata yang berfungsi sebagai kata depan untuk menunjukkan kelompok orang yang memiliki kesamaan profesi, karakteristik, atau tujuan.
Contoh penggunaan kata "para":
- Para guru mendampingi kegiatan belajar mengajar.
- Para siswa semangat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
- Para pemimpin bertemu untuk membahas kerja sama ekonomi.
Dari sini, dapat dilihat bahwa kata "para" berfungsi untuk menunjukkan kesamaan atau kelompok yang memiliki tujuan seragam.
II. Dasar Teori dalam Penggunaan Kata "Para"