Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bunga Kampus

16 Desember 2024   13:41 Diperbarui: 16 Desember 2024   15:14 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. sumatraekspres.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah kampus elit di jantung kota, hiduplah seorang mahasiswi bernama Nadira. Parasnya luar biasa cantik, membuat siapa pun yang melihatnya terpikat. Kulitnya sehalus sutra, rambutnya hitam legam seperti malam tanpa bulan, dan senyumnya mampu menghentikan detak jantung. Namun, kecantikan Nadira bukan sekadar anugerah, melainkan sebuah pedang bermata dua.

"Kamu tahu, Nadira? Kalau kamu minta langit, aku akan berikan," kata Arya, seorang mahasiswa kaya raya yang tergila-gila padanya. Mereka duduk di taman kampus, di bawah rindangnya pohon flamboyan.

Nadira hanya tersenyum tipis. "Langit tak pernah kuminta, Arya. Aku hanya ingin kebebasan."

Arya mengerutkan dahi. "Kebebasan dari apa?"

Nadira tidak menjawab. Matanya menerawang jauh, menembus batas-batas gedung kampus yang megah. Kebebasan itu adalah kebebasan dari penilaian yang selalu datang dari kecantikannya. Seumur hidupnya, Nadira merasa dipenjara oleh pujian, tatapan iri, dan ekspektasi yang membebani.

Di sisi lain kampus, seorang dosen muda bernama Adnan memperhatikan Nadira dari kejauhan. Adnan terkenal sebagai dosen yang cerdas dan berwibawa, tetapi ia memiliki prinsip tegas: ia tidak pernah memandang seseorang hanya dari luarnya. Ketertarikannya pada Nadira bukan karena kecantikannya, melainkan karena kecerdasan dan keberanian gadis itu dalam berpendapat di kelas.

"Kecantikanmu hanyalah kulit," kata Adnan suatu hari setelah kelas selesai, saat mereka berbincang di sudut perpustakaan. "Apa yang membuatmu istimewa adalah isi kepalamu."

"Apakah itu pujian atau kritik, Pak?" balas Nadira, menantang.

Adnan tersenyum. "Itu kenyataan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun