Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR Penerbit dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keberuntungan Itu Pergi

15 Desember 2024   20:13 Diperbarui: 15 Desember 2024   20:59 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi cerpen keberuntungan itu pergi. dokpri

Sarto menggeleng pelan, tapi akhirnya membiarkan Pak Ngat melanjutkan perjalanan. Ia tahu percuma menghentikan pria sekeras kepala itu.

Di dalam hutan, Pak Ngat harus menghadapi gigitan serangga, rasa lapar, dan dingin yang menggigit. Namun, semua itu tidak ada artinya dibandingkan rasa takut kehilangan istrinya. Ketika ia akhirnya menemukan gubuk tabib tua itu, tubuhnya hampir roboh.

Tabib itu menatapnya dengan pandangan tajam. "Kau terlambat, Pak Ngat. Cairan ini hanya akan bekerja jika diminum sebelum fajar."

Pak Ngat memohon, suaranya serak. "Tolong, beri aku kesempatan. Aku akan lari secepat angin kalau perlu."

Tabib itu akhirnya menyerahkan botol kecil itu. "Semoga keberuntungan berpihak padamu."

Pak Ngat berlari menembus kegelapan, kembali ke rumah sakit. Saat ia tiba, matahari sudah mulai naik di cakrawala. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya penuh luka dan kotoran. Namun, ia tidak peduli. Ia menyerahkan botol itu kepada dokter.

Dokter itu ragu, tapi akhirnya mengalah. Mereka memberi cairan itu kepada Bu Suminah. Keajaiban terjadi: beberapa saat kemudian, napas Bu Suminah perlahan kembali normal. Ia membuka matanya, menatap Lestari yang berada di sampingnya.

"Ibu?" suara Lestari gemetar.

Bu Suminah tersenyum lemah. "Mana bapakmu?"

Lestari terdiam. Tangisnya pecah. Dokter yang berdiri di dekatnya akhirnya menjelaskan. "Bu Suminah, suami Anda telah melakukan segalanya untuk menyelamatkan Anda. Sayangnya, tubuhnya tidak sanggup menahan perjuangan itu."

Di tempat lain, angin malam berbisik lembut, seolah menyampaikan pesan terakhir dari Pak Ngat: keberuntungan selalu bersama mereka yang tak pernah menyerah. Meski dirinya sudah tiada, cintanya abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun