OLEH: Khoeri Abdul Muid
Pendahuluan
Pendidikan adalah jantung dari peradaban sebuah bangsa. Di Indonesia, pendidikan dasar (SD/MI-SMP/MTs) menjadi pijakan pertama dan utama dalam membentuk generasi yang berkarakter, cerdas, dan berdaya saing. Namun, tantangan globalisasi, kesenjangan sosial, dan kemajuan teknologi menuntut sistem pendidikan untuk terus berkembang.
Paul H. Hirst, dalam bukunya "Filsafat Pendidikan", menawarkan kerangka berpikir yang relevan untuk menciptakan pendidikan modern yang tidak hanya berbasis pengetahuan tetapi juga menanamkan nilai moral dan keterampilan hidup.
Artikel ini menggali bagaimana aliran-aliran filsafat pendidikan---idealisme, realisme, dan pragmatisme---dapat diterapkan dalam praktik pendidikan dasar di Indonesia untuk menjawab tantangan tersebut.
Inspirasi Pemikiran Hirst dan Praktik Pendidikan Dasar di Indonesia
1. Idealisme: Membangun Generasi Berkarakter Mulia
Filosofi:
Idealisme menekankan pendidikan sebagai sarana pembentukan moralitas dan nilai-nilai luhur. Tujuan utama adalah mencetak individu yang memiliki integritas, etika, dan semangat juang yang tinggi.
Praktik di Indonesia:
Salah satu program unggulan pendidikan dasar di Indonesia adalah penguatan karakter melalui nilai-nilai Pancasila. Contoh nyata dapat dilihat di sebuah SD di Jawa Tengah, di mana setiap pagi siswa menyanyikan lagu nasional, berbagi cerita tentang nilai kejujuran, dan diajak berdiskusi tentang tokoh-tokoh nasional.
Kisah Inspiratif:
Di SD Negeri Kuryokalangan 02, seorang guru bernama Bu Hartini selalu mengajarkan tentang gotong-royong melalui kegiatan kebersihan lingkungan. Anak-anak tidak hanya belajar teori tetapi juga praktik langsung menjaga kebersihan desa mereka.