Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa dari Hati yang Lupa

4 Desember 2024   20:43 Diperbarui: 4 Desember 2024   21:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi "Doa dari Hati yang Lupa". dokpri

Setelah Isya, Yusuf dan Hasan menemui Kiai Harun di beranda pesantren. Kiai sedang menyesap teh hangat sambil membaca kitab kuning.
"Ada apa, anak-anakku?" tanya beliau dengan suara lembut.

Yusuf menceritakan kegelisahannya. Kiai mendengarkan dengan sabar, lalu berkata,
"Yusuf, pernahkah kau melihat seorang anak kecil yang menangis meminta sesuatu kepada ibunya?"

Yusuf mengangguk. "Pernah, Kiai."

"Anak itu tidak tahu bagaimana merangkai kata-kata indah. Ia hanya menangis, tapi ibunya tetap memahaminya, bukan?"

Yusuf terdiam, mulai memahami arah pembicaraan itu.

"Begitu pula dengan Allah, Nak. Allah tidak butuh rangkaian kata yang sempurna. Dia lebih melihat hatimu. Bahkan jika kau lupa, Allah tidak pernah lupa kebutuhanmu. Yang penting, kau yakin bahwa Dia mendengar."

Yusuf menunduk, matanya mulai basah. "Tapi, Kiai, bukankah doa yang tertata lebih baik?"

Kiai tersenyum. "Tentu saja. Karena doa yang tertata adalah bagian dari adab kita kepada Allah. Tapi ingat, Yusuf, doa terbaik adalah doa yang disertai keyakinan penuh. Ibarat benih yang kau tanam, meskipun kau lupa jenis benihnya, Allah tahu kapan ia tumbuh, kapan ia berbunga, dan kapan ia berbuah."

Sejak malam itu, Yusuf belajar memperbaiki doanya. Ia tak lagi takut jika lupa, karena ia yakin Allah Maha Mendengar.

Ketika ujian beasiswa tiba, teman-temannya cemas memikirkan hasil. Namun, Yusuf tetap tenang. Ia percaya pada ikhtiar dan doa yang selama ini ia panjatkan. Ketika hasil diumumkan, nama Yusuf ada di antara penerima beasiswa ke universitas Islam ternama.

Yusuf menunduk penuh syukur. Ia teringat pelajaran dari Kiai Harun, dan kini ia ingin membagikan pelajaran itu kepada teman-temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun