"Naya. Aku nggak yakin dia pernah benar-benar ada di foto terakhir kita di sini. Tapi aku ingat dia yang selfie waktu itu..." Amara mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto lawas mereka.
Kyla melihat foto itu dengan cermat. "Tunggu, dia nggak ada di sini?"
Amara mengangguk pelan. "Itu dia. Aku nggak ngerti kenapa, tapi aku ingat banget Naya ada di sini waktu itu."
Saat Naya kembali, Amara memberanikan diri bertanya, "Naya, kamu masih inget foto terakhir kita di sini? Kamu ada di foto itu, kan?"
Naya tersenyum tipis, matanya menyipit. "Aku ada. Tapi, masalahnya, apa kalian benar-benar ingat aku?"
Ruangan terasa dingin mendadak. Suasana kedai yang hangat kini berubah tegang. Amara mencoba membaca ekspresi Naya, tapi sulit menembus lapisan misteri di balik senyumnya.
Tiba-tiba, lampu di kedai berkedip sebentar. Suara piring jatuh terdengar dari dapur, membuat mereka semua menoleh. Ketika kembali melihat ke meja, Naya sudah tidak ada.
"Kyla..." bisik Amara. "Aku nggak tahu harus bilang apa, tapi Naya... dia nggak mungkin ada di sini. Dia meninggal di kecelakaan itu, 2019."
Kyla terdiam, tubuhnya gemetar. "Tapi tadi... aku ngobrol sama dia. Dia pesan kopi, Amar. Aku yakin banget."
Amara mengeluarkan ponselnya lagi, tangan bergetar. Sebuah notifikasi foto muncul---foto baru yang mereka tidak pernah ambil. Di layar, terlihat mereka bertiga duduk di meja itu, dengan Naya tersenyum di tengah.
Udara terasa semakin dingin. Musik akustik yang lembut berubah menjadi sunyi. Amara dan Kyla saling memandang, wajah mereka dipenuhi ketakutan dan kebingungan.