Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Intokiah

3 Desember 2024   03:55 Diperbarui: 3 Desember 2024   04:19 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. liputan6.com

Seorang pemuda bernama Ali, duduk di barisan depan, menyela. "Tapi, Ustaz, bukankah semua ini hanya soal nama? Mengapa kita harus mempermasalahkannya?"

Ibrahim menatap Ali, lalu mengangkat Al-Qur'an di tangannya. "Ini bukan sekadar soal nama, Ali. Ini soal bagaimana kita memahami sejarah dan agama kita. Jika kita tidak hati-hati, kita bisa melanggengkan informasi yang tidak sepenuhnya benar."

Suasana menjadi semakin tegang. Siti kembali angkat bicara, kali ini dengan nada lebih lembut. "Ustaz, jadi apa yang sebaiknya kita lakukan? Bagaimana kita menyikapi perbedaan ini?"

Ibrahim menundukkan kepala sejenak sebelum menjawab. "Kita perlu bersikap bijak. Menghormati para mufasir, tapi juga tidak takut untuk mencari kebenaran dengan pendekatan yang lebih luas. Intokiah, atau Antiokia, adalah simbol perjalanan pengetahuan---baik dalam sejarah Musa dan Khidir, maupun dalam kampanye Alexander Agung. Keduanya mengajarkan kita untuk terus belajar tanpa batas."

Pak Ahmad mengangguk perlahan, tanda ia mulai memahami maksud Ibrahim. Suasana di aula berangsur-angsur mereda.

Namun, di balik aula, seorang pria misterius mengamati diskusi tersebut. Ia adalah sejarawan independen yang datang dari kota lain. "Ibrahim," gumamnya, "kau telah membuka pintu yang berbahaya. Sejarah bukan hanya tentang kebenaran, tetapi juga tentang siapa yang berkuasa untuk menulisnya."

Malam itu, Desa Intokiah tidak hanya mendengarkan kisah sejarah, tetapi juga merasakan percikan konflik yang memantik renungan panjang. Di tengah ketegangan dan keheningan, satu hal menjadi jelas: pencarian kebenaran sering kali adalah perjalanan penuh duri, tetapi selalu layak diperjuangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun