OLEH: Khoeri Abdul Muid
Aula kecil itu penuh sesak oleh orang-orang yang datang dengan harapan dan rasa ingin tahu. Di panggung, seorang pria dengan sorot mata tajam berdiri dengan percaya diri. Di tangannya, tergenggam sebuah batu kecil yang memancarkan kilauan samar. Semua orang menunggu dengan tegang.
"Saudara-saudara," ia membuka pembicaraan, suaranya berat dan tenang, "Saya ingin membahas sesuatu yang jarang dibicarakan, sesuatu yang sering kita abaikan. Sebelum itu, izinkan saya bertanya, apakah ada yang tahu di mana kota Antiokia berada?"
Ruangan sunyi. Beberapa orang saling melirik, sebagian terlihat bingung. Seorang pria muda di barisan belakang memberanikan diri angkat tangan. "Antiokia... Bukankah itu kota di wilayah Kekaisaran Romawi, di Timur Dekat?"
"Benar," jawab pria di panggung sambil tersenyum kecil. "Antiokia adalah salah satu kota besar dalam sejarah. Di sanalah, untuk pertama kalinya, para murid Yesus disebut Kristen."
Bisik-bisik mulai terdengar. Ada yang mencatat, ada yang hanya duduk termenung. Seorang wanita dengan wajah skeptis berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan," katanya dengan nada tajam, "Siapa yang Anda maksud dengan para murid? Dan apa arti sebenarnya dari kata Kristen? Bukankah itu hanya sebuah sebutan yang diberikan orang-orang luar?"
Pria itu memandang wanita tersebut dengan mata tajam, lalu mengangguk pelan. "Pertanyaan yang bagus. Para murid adalah mereka yang mengikuti ajaran Yesus, pria saleh yang dikenal sebagai putra Mariam, wanita Ibrani yang hidup di abad pertama. Dan kata Kristen berasal dari bahasa Yunani, berarti 'pengikut Kristus.'"
Seorang pria tua dengan suara berat menyela dari sudut ruangan. "Tapi, Tuan, bukankah itu sebutan yang dulu digunakan untuk mengejek?"
Pria di panggung tersenyum tipis. "Mungkin. Namun, sebutan itu kemudian menjadi identitas, sebuah simbol keyakinan." Ia mengangkat batu kecil di tangannya. "Sama seperti batu ini, yarpiz. Pernahkah kalian mendengar tentang yarpiz?"
"Tidak!" seru seseorang.