OLEH: Khoeri Abdul Muid
Pendahuluan
Reuni 212, yang dilaksanakan setiap tahun, merupakan pertemuan akbar umat Muslim yang awalnya dimulai sebagai aksi solidaritas terhadap kasus penistaan agama pada 2016. Hari ini, Senin, 2 Desember 2024, peserta aksi dari berbagai daerah kembali berkumpul di Monas, Jakarta. Kegiatan diawali dengan salat tahajud berjamaah, zikir, dan doa bersama, serta menghadirkan sejumlah tokoh agama dan masyarakat.
Dalam analisis ini, urgensi Reuni 212 akan dibahas dari perspektif keagamaan, sosial, politik, ekonomi, dan kritik untuk memahami dampak acara ini secara lebih mendalam.
Perspektif Keagamaan
Dari sudut pandang keagamaan, Reuni 212 merupakan momen penting untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah melalui ibadah bersama.
Pelaksanaan salat tahajud dan zikir kolektif menunjukkan komitmen peserta terhadap pendekatan spiritual dalam mendoakan bangsa. Hal ini selaras dengan prinsip Islam tentang kekuatan doa dan kebersamaan, sebagaimana dinyatakan dalam QS Al-Maidah: 2, "Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa."
Namun, urgensi acara ini juga memerlukan evaluasi agar kegiatan spiritual tersebut tidak hanya bersifat simbolis, melainkan memberikan dampak nyata bagi kehidupan umat Muslim dalam jangka panjang.
Perspektif Sosial
Secara sosial, Reuni 212 menciptakan ruang untuk mempererat solidaritas umat Muslim dari berbagai latar belakang.