Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dialog Panco-Silo: Pancasila dan Keindonesiaan

30 November 2024   08:12 Diperbarui: 30 November 2024   07:22 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Soal nasib. Meski bagai langit- bumi. Ponco dan Silo merupakan teman berkelindan. Teman sinorowedi. Teman securahan hati.

Berlatarbelakang yang lain. Pendidikan Ponco mandeg sampai jenjang SMA. Sementara Silo berkesempatan mengenyam ilmu di IKIP Yogyakarta hingga S-3.

Beruntung mereka bekerja dalam lingkungan yang sama. Silo meskipun masih muda sudah dipercaya menjadi asisten Bupati. Sementara Ponco, pasukan Satpol PP. Sehingga hampir saban hari pasca-bekerja. Ponco dan Silo mengistiqomahkan kebiasaan lama. Kongko-kongko. Ngopi-ngopi. Tapi no smoking.

Sebenarnya, saat di SD, rangking Ponco lebih baik dari Silo. Sehingga meski senjang taraf pendidikannya, tapi Ponco mampu mengimbangi Silo saat bergulat pikir dalam ‘guyon maton’ mereka. Ya. Mereka sering berdiskusi soal apa saja. Se-mood mereka. Asiknya, dua-duanya hoby membaca buku-buku tebal dan menulis di blog “Nitizen_Bersatu”.

Kali ini mereka berdiskusi tentang isi buku Negara Paripurna-nya Yudi Latif, bab Pancasila dan Keindonesiaan.

Ponco: Kak Silo, aku masih penasaran. Apa sih, hubungan antara Pancasila dan identitas bangsa Indonesia? Kan katanya Pancasila itu dasar negara, tapi kok juga disebut mencerminkan identitas bangsa?

Silo: Pertanyaan bagus, Ponco. Pancasila itu bukan hanya dasar negara, tapi juga hasil dari perjalanan sejarah panjang bangsa kita. Identitas Indonesia itu unik, karena terbentuk dari keberagaman budaya, agama, dan adat istiadat yang dirajut menjadi satu kesatuan. Nah, Pancasila itu merangkum nilai-nilai luhur dari keberagaman itu.

Ponco: Jadi, maksudnya Pancasila itu kayak "cermin" dari Indonesia, ya?

Silo: Tepat sekali. Kalau kamu lihat setiap sila dalam Pancasila, semuanya mencerminkan ciri khas bangsa kita. Contohnya, sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Itu diambil dari kenyataan bahwa masyarakat Indonesia sangat religius, walaupun agamanya beda-beda. Nilai ini menunjukkan bagaimana bangsa kita menghargai hubungan manusia dengan Tuhan, tanpa memaksakan satu agama tertentu.

Ponco: Oh, berarti kayak gotong-royong di desa. Walaupun orangnya beda-beda, tetap bantu-bantu karena saling menghormati, ya?

Silo: Benar! Itu tercermin di sila ketiga, Persatuan Indonesia. Persatuan ini bukan berarti kita harus sama, tapi bagaimana kita tetap bersatu dalam perbedaan. Identitas keindonesiaan adalah "bhinneka tunggal ika" – berbeda-beda tetapi tetap satu.

Ponco: Tapi Kak, kenapa Pancasila itu bisa dianggap cocok buat kita? Apa nggak ada ideologi lain yang lebih bagus?

Silo: Pertanyaan yang kritis, Ponco. Pancasila itu istimewa karena digali dari akar budaya kita sendiri. Beda dengan ideologi lain seperti liberalisme atau komunisme yang datang dari luar, Pancasila lahir dari nilai-nilai lokal, seperti musyawarah, gotong-royong, dan keadilan sosial. Itulah yang membuatnya relevan untuk Indonesia.

Ponco: Kalau gitu, Pancasila ini bisa dibilang seperti identitas nasional, ya?

Silo: Tepat sekali. Pancasila adalah "jati diri bangsa". Dia bukan sekadar aturan atau hukum, tapi juga pedoman moral dan pandangan hidup. Tanpa Pancasila, kita mungkin kehilangan arah dan mudah terpecah belah.

Ponco: Wah, keren juga ya Pancasila ini. Aku jadi paham kenapa kita harus mempelajarinya. Tapi, Kak Silo, gimana caranya biar aku bisa lebih memahami Pancasila ini dalam kehidupan sehari-hari?

Silo: Mulailah dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkunganmu. Misalnya, hormati teman yang berbeda agama, bantu tetangga yang kesusahan, atau jadilah pelajar yang adil dan jujur. Dengan begitu, kamu bukan cuma belajar, tapi juga mempraktikkan identitas keindonesiaan yang sebenarnya.

Ponco: Jadi, Pancasila itu bukan cuma soal hafalan, ya, Kak? Tapi lebih ke cara kita hidup?

Silo: Betul sekali, Ponco. Pancasila adalah roh bangsa. Dia hidup dalam tindakan kita, bukan hanya di buku atau pidato. Kalau kamu ingin menjadi bagian dari Indonesia yang paripurna, jadikan Pancasila panduan hidupmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun