Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anglingdarma

29 November 2024   07:12 Diperbarui: 29 November 2024   07:17 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan petunjuk tersebut, Anglingdarma dan Batik Madrim melanjutkan perjalanan menuju Kertanegara. Sesampainya di sana, mereka disambut dengan sebuah sayembara besar. Pengumuman bergema di udara: "Siapa yang bisa menyembuhkan Dewi Trusilawati yang bisu, akan mendapat hadiah: bagi pria, akan dipilih, bagi wanita, akan dinikahkan."

Anglingdarma dan Batik Madrim mempersiapkan diri. Mereka tahu bahwa ini bukan hanya ujian keberanian, tetapi juga tentang kemampuan hati dan niat mereka yang tulus.

Di Pendhapa Kertanegara, Basunanda bersama Dewi Trusilawati dan Patih Jayasumpana duduk bersama, berdiskusi tentang cara untuk menyembuhkan Dewi Trusilawati yang bisu. Banyak raja yang datang mencoba, namun semua usaha mereka gagal. Harapan pun semakin pudar. Tiba-tiba, dua resi besar muncul, Resi Darma dan Resi Madrim, yang siap memberikan solusi.

"Berikan kami sarana yang diperlukan," ujar Resi Darma dengan suara yang penuh wibawa. Mereka meminta bunga ayu, jambe ayu, gedhang ayu, dan padupan untuk memulai upacara penyembuhan.

Semua sarana dipersiapkan dengan teliti, dan upacara pun dimulai. Wangi dupa yang dibakar mengisi udara, menyebarkan aroma yang menenangkan. Seluruh ruangan terasa semakin dipenuhi kekuatan magis yang kuat. Dalam keheningan itu, sebuah suara terdengar, penuh misteri: "Siapa yang mampu menghidupkan kembali jiwa yang telah diberikan oleh dewa?"

Seluruh Pendhapa Kertanegara hening. Dewi Trusilawati, yang masih kebingungan dengan segala yang terjadi, akhirnya membuka mulut. "Saya yang memilikinya!" jawabnya dengan penuh tekad dan keberanian.

Suara itu yang sudah lama terpendam kini mengalir kembali, menggetarkan seluruh ruangan. Anglingdarma yang berdiri di belakang, merasakan keajaiban itu. Ia tahu, ini bukan hanya tentang kemampuan fisik, tetapi juga tentang kekuatan batin yang membawa perubahan besar.

Dengan keberhasilan penyembuhan itu, tak hanya Dewi Trusilawati yang merasakan kebahagiaan, tetapi seluruh orang yang hadir merasa terhubung dalam takdir yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun