Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menghapus Dosa

27 November 2024   22:04 Diperbarui: 27 November 2024   22:09 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Damar ragu sejenak. Ia bisa saja mengabaikan pemuda itu, melanjutkan langkahnya tanpa merasa bersalah. Tetapi entah mengapa, hatinya berkata lain.

"Ini... ambil ini," Damar mengeluarkan dompetnya dan memberi uang yang cukup banyak pada pemuda itu.

Pemuda itu menatapnya, terkejut. "Kenapa... bapak memberikan uang sebanyak ini?" tanyanya penuh heran.

Damar tersenyum lelah. "Karena aku ingin menebus kesalahan-kesalahan yang tak bisa aku perbaiki. Mungkin ini kecil, tapi semoga bisa sedikit membantu."

Pemuda itu tersenyum, menerima uang itu dengan tangan gemetar. "Terima kasih, Bapak. Semoga hidup Bapak menjadi lebih baik."

Damar melangkah pergi dengan perasaan campur aduk. Ia merasa sedikit lebih baik, namun ada suara dalam dirinya yang tak bisa diam. "Apa yang sebenarnya aku cari?" pikirnya.

Hari-hari berlalu, Damar mulai merasa kebajikan yang ia lakukan tak memberikan rasa lega yang ia harapkan. Setiap kali ia memberi, ia merasa hatinya kosong. Semua yang ia lakukan tidak cukup untuk menebus masa lalunya. Setiap kali ia berbuat baik, ia hanya semakin ingat betapa buruknya dirinya di masa lalu.

Kemudian, suatu sore, ia bertemu dengan Kania. Mereka berdiri di depan rumah lama mereka. Wajah Kania tak banyak berubah, meski ada gurat-gurat keletihan di matanya.

"Kania..." Damar mengangkat tangannya, tapi suara itu terhenti di tenggorokannya.

"Jangan bicara apa-apa, Damar. Kamu sudah terlambat," Kania berkata dengan dingin, namun matanya menyiratkan luka yang dalam.

Damar terdiam. Ia sudah mempersiapkan diri untuk meminta maaf, untuk mengatakan semua hal yang harusnya ia katakan bertahun-tahun lalu. Namun, kenyataannya berbeda. Kania sudah melangkah jauh lebih dulu, meninggalkan dirinya di dunia yang tak lagi bisa ia ubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun