Namun, di tengah kepedihan hatinya, Dini merasa terhimpit oleh kenyataan. Biaya pengobatan ibunya terus meningkat, dan ia merasa sudah tidak ada jalan lain selain mengikuti tawaran itu. "Aku harus bisa membantu orang-orang. Aku harus menemukan cara agar hidupku berharga," pikir Dini.
Pada hari yang ditentukan, Dini bertemu dengan Angga di sebuah kafe sepi yang terletak di sudut kota. Suasana di dalamnya sunyi, hanya terdengar musik lembut dari radio tua. Mereka berdua duduk di meja dekat jendela, dan Angga segera menyodorkan sebuah dokumen.
"Dini, kalau kamu setuju, kita bisa mulai bisnis besar. Kamu cuma perlu ikut saja, tanpa banyak tanya. Percayalah, uang yang akan kamu dapatkan bisa mengubah hidupmu," kata Angga sambil tersenyum lebar.
Dini memandangi dokumen itu dengan mata yang tak berkedip. Hatinya berdebar. "Tapi, aku tahu ini salah... Tapi ibu..." pikirnya.
"Aku percaya kamu, Angga," akhirnya Dini berkata, menyerahkan kepercayaan pada teman lamanya yang tampaknya bisa mengubah hidupnya.
Namun, begitu Dini menandatangani perjanjian itu, rasa gelisah merayap di dadanya. Saat ia melangkah keluar dari kafe, hatinya terasa kosong. Sesuatu dalam dirinya merasa ada yang tidak beres. "Kenapa aku begitu mudah terperdaya?" tanya Dini pada dirinya sendiri.
Hari-hari berikutnya, Dini semakin terjebak dalam bisnis yang dijalankan Angga. Uang mengalir deras, namun perasaan bersalah kian menghantuinya. Setiap kali ia memberi bantuan, semakin banyak orang yang terjebak dalam lingkaran penipuan. Mereka tidak tahu bahwa bantuan yang diberikan Dini berasal dari usaha yang keliru. Dunia yang ia bangun kini berdiri di atas ketidakbenaran.
Dini tak lagi bisa tidur nyenyak. Pada suatu malam yang penuh ketegangan, ia memutuskan untuk menemui Angga dan mengakhiri semua ini.
"Angga, aku ingin keluar dari semuanya. Aku nggak bisa lagi melanjutkan ini. Aku sudah terlalu banyak merugikan orang," kata Dini dengan suara bergetar, air mata mulai menetes di pipinya.
Angga menatapnya dengan tatapan tajam yang penuh kecemasan. "Kamu pikir kamu bisa mundur begitu saja, Dini? Kamu sudah terlalu dalam. Kau tidak akan bisa keluar dari permainan ini."
Dini terdiam, mendengarkan kata-kata Angga yang menusuk hati. "Tapi... aku hanya ingin membantu orang, Angga. Aku ingin membuat mereka bahagia seperti yang aku janjikan pada diri sendiri. Kenapa malah begini jadinya?"