Sasha melangkah keluar, meninggalkan Dara yang terpaku. Langit di luar telah berubah gelap, dan hujan mulai turun.
Di luar, Sasha berjalan tanpa arah di trotoar yang basah. Air hujan mengalir di wajahnya, bercampur dengan air mata yang tak terbendung.
"Kenapa mereka semua selalu bilang rindu," Sasha bergumam pada dirinya sendiri. "Tapi nggak pernah benar-benar tinggal?"
Langkahnya terhenti ketika sebuah truk besar melintas dengan kecepatan tinggi di jalan licin. Sasha tidak melihatnya. Yang mereka tahu, segalanya menjadi gelap dalam sekejap.
Di belakang, Dara berlari keluar dari kafe, memanggil nama Sasha dengan panik. Namun, yang ia temukan hanyalah tubuh Sasha tergeletak di jalan, dikelilingi genangan merah yang memudar bersama hujan.
Dara jatuh berlutut, menatap Sasha dengan air mata bercucuran. "Aku benar-benar rindu..." ia berbisik, tapi Sasha sudah tak bisa mendengar.
Dan di langit yang kelam, hujan turun seperti protes alam terhadap dunia yang terlalu sempit untuk seseorang seperti Sasha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H