Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Ibrahim dan Warisan Spriritualnya (4)

26 November 2024   13:38 Diperbarui: 26 November 2024   13:50 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ponco:
Jadi, dia masih bingung ya? Sepertinya Ibrahim merasa semakin dekat dengan jawabannya, tapi tetap tidak yakin.

Silo:
Benar sekali. Kemudian, ketika matahari muncul dan bersinar lebih terang, Ibrahim mengira bahwa matahari itulah Tuhan. Tapi begitu matahari terbenam dan malam datang, Ibrahim sadar bahwa matahari juga bukan Tuhan. Ini adalah proses pencarian yang sangat manusiawi, di mana Ibrahim mencoba memahami kekuatan yang ada di dunia ini. Namun, pencariannya masih belum selesai.

Ponco:
Jadi, setelah itu, ibunya datang menjemputnya?

Silo:
Ya, benar. Dan meski ibunya sudah datang, Ibrahim tetap bertanya-tanya. Itu adalah saat dia mulai merasa ada sesuatu yang lebih besar, dan pertanyaannya tentang siapa yang layak disembah semakin mendalam. Begitu, akhirnya, malaikat Jibril datang memberitahukan bahwa Tuhan yang sejati adalah Allah, yang menciptakan segala sesuatu, yang mengatur langit dan bumi, serta yang menggerakkan matahari dari timur ke barat.

Ponco:
Wah, itu pasti pencerahan besar bagi Ibrahim, ya? Jadi, setelah pencerahan itu, dia tahu bahwa hanya Allah yang harus disembah.

Silo:
Iya, dan itu membawa Ibrahim pada dilema yang baru. Ayahnya, yang seorang pematung, menyuruhnya untuk memasarkan patung-patung berhala, yang jelas bertentangan dengan keyakinannya. Ibrahim yang sudah mengetahui bahwa Tuhan yang sejati adalah Allah, tentu tidak bisa begitu saja mendukung penyembahan berhala.

Ponco:
Tapi, bukannya dia harus menjual barang dagangannya? Kenapa justru dia mencemooh dagangannya sendiri?

Silo:
Ibrahim merasa bahwa jika ia memuji barang dagangannya, itu sama saja dengan mendukung kepercayaan yang salah. Justru, dengan merendahkan patung-patung tersebut, dia ingin menyampaikan bahwa itu hanyalah benda mati yang tak layak disembah. Tindakannya membuatnya dikenal sebagai pedagang yang aneh, bahkan sangat kontroversial. Seseorang kemudian curiga dan kabar mengenai Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala itu sampai ke telinga raja.

BERSAMBUNG.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun