Bagas terdiam, matanya menatap Larasati yang penuh keyakinan. Dia tidak bisa menahan rasa terharu yang mulai tumbuh dalam hatinya. "Laras, kamu benar-benar luar biasa. Aku... aku terlalu fokus pada hal-hal yang salah."
Larasati tersenyum lembut. "Kita semua kadang terlena dengan hal-hal duniawi, Mas. Tapi kalau kita punya hati yang kuat dan saling mendukung, apa yang terjadi tidak akan seburuk yang kita bayangkan."
Hari demi hari berlalu, dan meskipun mereka hidup dengan serba kekurangan, Larasati selalu bisa melihat sisi positif dari setiap situasi. Dia tetap menyemangati Bagas, berbicara tentang impian mereka yang masih ada, walau terkadang berat. Namun, setiap kali mereka berbicara, tawa Larasati bisa meredakan ketegangan di hati Bagas.
Suatu malam, setelah makan malam sederhana, Bagas kembali melontarkan kekhawatirannya. "Laras, kamu pasti capek, kan? Hidup kita gini-gini aja terus. Aku nggak tahu lagi berapa lama kamu bisa bertahan."
Larasati tertawa, matanya berkilau. "Mas, jangan khawatir. Aku nggak capek. Kalau capek, aku tinggal tidur. Tapi kalau kamu capek, kamu nggak bisa tidur. Jadi jangan bikin aku khawatir, ya!"
Bagas tertawa pelan, meski masih ada kekhawatiran di wajahnya. "Aku nggak tahu bagaimana bisa membalas semua pengorbananmu, Laras."
Larasati mengedikkan bahunya dengan senyum lebar. "Mas, siapa yang bilang kita harus membalas? Cinta itu bukan soal balas-membalas. Itu soal berbagi, berjuang bersama, dan tertawa bersama. Itu yang membuat hidup ini berharga."
Bagas menatap Larasati, seolah baru menyadari sesuatu yang sangat mendalam. "Aku nggak tahu apa yang akan terjadi besok, Laras. Tapi satu hal yang pasti, aku nggak akan pernah menyerah. Karena kamu ada di sini bersamaku."
Larasati merangkul Bagas dengan erat. "Begitu juga aku, Mas. Aku ada di sini, sekarang dan selamanya. Kita punya satu sama lain. Itu lebih dari cukup."
Malam itu, Bagas tidur lebih nyenyak. Untuk pertama kalinya, dia merasa damai, karena dia tahu bahwa apapun yang terjadi, mereka akan terus bersama. Kekuatan cinta yang dimiliki Larasati mengajarkan Bagas bahwa kehidupan bukan hanya tentang apa yang kita capai, tetapi tentang siapa yang ada di sisi kita saat kita jatuh dan bangkit kembali.
Ke esokan harinya, mereka mulai merencanakan langkah baru dengan semangat yang lebih besar. Meskipun mereka masih hidup sederhana, harapan mereka kembali tumbuh, karena mereka tahu bahwa bersama-sama, tidak ada hal yang tidak mungkin.