Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akar Kehidupan

23 November 2024   21:37 Diperbarui: 23 November 2024   21:53 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tapi, Pak," Surya mendesah. "Aku nggak mau anak-anakku hidup dalam kekurangan."

"Surya, kebutuhan itu beda dengan keinginan. Kamu sekarang dikuasai oleh ego yang menginginkan lebih dari yang kamu butuhkan. Apakah kamu yakin menjual tanah ini adalah solusi? Atau hanya cara untuk memuaskan perasaan ingin lebih?"

Surya terdiam. Kata-kata Pak Darman menusuk hatinya, membuka sisi lain yang selama ini ia abaikan.

Hari berikutnya, Surya berdiri di tengah sawahnya. Ia memandang sekeliling dengan mata yang berbeda. Tiba-tiba ia teringat bagaimana ayahnya bekerja keras, mencangkul dari pagi hingga petang, hanya untuk memastikan mereka bisa makan dan sekolah.

"Bapak dulu nggak pernah menyerah," gumamnya sendiri. "Kenapa aku malah mencari jalan pintas?"

Keputusan besar pun lahir di hatinya. Daripada menjual tanah, ia memilih untuk mengelolanya dengan lebih baik. Ia menjual satu motor kesayangannya untuk membeli bibit baru dan pupuk organik. Ia mencari ilmu dari petani-petani muda yang menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan hasil panen.

Setahun kemudian, sawah itu kembali hidup. Panen kali ini berlipat dari sebelumnya. Surya bahkan membuka lapangan kerja bagi beberapa tetangga yang membutuhkan.

"Mas, lihat ini!" Mira datang dengan senyum lebar, membawa laporan keuangan sederhana. "Hasil panen kita cukup untuk membayar hutang dan menyekolahkan anak-anak sampai SMA."

Surya menghela napas panjang, penuh rasa syukur. "Kamu benar, Mira. Aku hampir kehilangan akarku karena ego yang ingin lebih. Tapi sekarang aku sadar, semua ini bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tapi bagaimana kita menjaganya untuk kebaikan bersama."

Di malam yang hening, Surya kembali ke rumah Pak Darman untuk mengucapkan terima kasih.

"Pak, aku ingin menyampaikan satu hal," kata Surya, suaranya tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun