Malam itu, Dimas pulang dengan langkah berat tetapi pasti. Esok paginya, ia bangun lebih awal dari biasanya. Dimas meminjam cangkul ayahnya dan pergi ke sawah, sesuatu yang tidak pernah dilakukannya sejak kecil.
Ketika sore tiba, ayahnya mendapati Dimas sedang menanam bibit cabai di lahan kecil yang tak terpakai.
"Lho, iki apa, Nak?" tanya ayahnya.
Dimas tersenyum kecil.
"Aku mung nyoba, Pak. Mungkin ora akeh, ning aku pengin mulai saka kene."
Ayahnya menepuk bahunya, tak sanggup berkata apa-apa.
Dan di sebuah warung kopi malam itu, Pak Darmo mendengar cerita tentang pemuda yang akhirnya memilih menjadi tunas baru.
"Urip kuwi aja kadya wit gedang," bisiknya pelan, sambil menatap langit yang kini bertabur bintang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI