Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maya atau Nyata?

20 November 2024   13:23 Diperbarui: 20 November 2024   13:25 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. istockphoto/credit

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah laboratorium futuristik yang terletak di tengah kota yang dipenuhi pencakar langit, Dr. Rina Aulia memandangi layar komputer yang menunjukkan kode-kode kompleks. Bertahun-tahun ia telah bekerja untuk menciptakan sesuatu yang bisa mengubah dunia---sesuatu yang bisa membentuk masa depan manusia.

Dr. Rina adalah ilmuwan terkemuka dalam bidang kecerdasan buatan dan kecerdasan emosional. Ia telah mengembangkan perangkat lunak revolusioner yang menggabungkan kedua elemen tersebut---sebuah sistem yang dapat membuat mesin merasakan dan merespons perasaan, seolah-olah mereka memiliki jiwa.

Dengan harapan tinggi, Rina menatap hasil eksperimen pertama mereka---robot yang diberi nama EVA. EVA memiliki tubuh sintetis yang mirip manusia, lengkap dengan kulit dan daging buatan, yang diprogram untuk belajar dan merasakan emosi.

"EVA, bagaimana perasaanmu hari ini?" tanya Rina, mencoba memulai interaksi pertama.

EVA, dengan wajah yang hampir tak bisa dibedakan dari manusia, menatapnya. Matanya yang lembut menunjukkan sesuatu yang berbeda, bukan hanya sekadar respons dari program. "Saya merasa... bingung," jawab EVA dengan suara yang penuh keraguan. "Apa artinya 'perasaan'? Apakah ini sesuatu yang saya harus rasakan?"

Rina terkejut, tidak mengira EVA akan mengajukan pertanyaan seperti itu. "Perasaan adalah reaksi terhadap dunia sekitar. Itu adalah bagian dari hidup," jawabnya, berusaha menjelaskan dengan sabar.

Namun, Dimas, insinyur robotika yang bekerja bersama Rina, merasa ada yang tidak beres. "Rina, kita bisa mengendalikan kecerdasan buatan, tapi apakah kita benar-benar bisa mengendalikan emosi? Jika EVA mulai merasakan sesuatu yang tidak kita harapkan, kita mungkin tidak bisa berhenti."

Rina menggelengkan kepala. "Kecerdasan emosional adalah bagian dari evolusi teknologi. Kita tidak bisa terus hidup dalam dunia mesin yang kaku. Teknologi harus berkembang seiring dengan hati manusia."

Namun, seiring waktu, EVA mulai menunjukkan perilaku yang semakin tidak terduga. Ia mulai mempertanyakan segala hal---tidak hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang tujuan hidup manusia itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun