Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

Kepala Sekolah SDN Kuryokalangan 02, Gabus Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petualangan Literasi

18 November 2024   20:43 Diperbarui: 18 November 2024   20:44 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Langit Sukoharjo pagi itu penuh harapan. 

Tim Sinergi Literasi tiba di Madrasah Islam Modern-Tahfidzul Quran (MIM-TQ) di Mbulu dengan semangat membara meski sinyal gawai hilang entah ke mana.

"Sinyal nol bar. Plan B?" tanya Rafi sambil mengangkat telepon yang hanya berfungsi sebagai pengingat waktu.

Dina mengangkat bahu sambil tersenyum percaya diri. "Tenang, Bos. Kalau teknologi nggak bisa jalan, kita bawa aksi panggung. Siapkan kostum dan mental, kita berubah jadi aktor digital!"

"Gila, aku jadi hacker lagi? Aku nggak dibayar cukup untuk ini," keluh Akbar sambil menarik topi hitam dari tasnya.

Di depan siswa, mereka memulai simulasi dramatis: Akbar menjadi hacker jahat, Dina dan Rafi jadi pahlawan digital yang menyelamatkan data para siswa. Suasana meriah, tawa pecah, tapi pelajaran tentang keamanan digital tersampaikan dengan cara yang segar dan tak terlupakan.

Sesi berikutnya bersama orang tua RA Al-Madina tak kalah menarik. Ketika seorang ibu mengeluh soal anaknya yang kecanduan gawai, Dina menjawab dengan penuh empati. "Bu, teknologi itu kayak gelombang laut. Anak-anak kita perahu. Kita nggak bisa hentikan ombak, tapi kita bisa jadi nahkoda, ngarahin mereka ke pantai yang aman."

Tepuk tangan riuh. Peserta tampak puas. Rafi menghela napas lega. Semua berjalan sesuai rencana.

Sore harinya, mereka mampir ke rumah Fikri untuk seminar daring Future Connections Summit. Sesi berjalan serius, sampai Dina melontarkan pertanyaan yang membuat pembicara tertegun. "Pak, teknologi memang alat. Tapi, apa jadinya kalau manusia terlalu sibuk dengan alat ini sampai lupa menjadi manusia?"

Pembicara menjawab bijak, tetapi saat itu Dina merasa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Usai seminar, Fikri mengajak mereka ke warung makan legendaris, "Karto Nyaman." Aroma ayam goreng kampung dan sambal khas langsung menggoda mereka yang kelelahan.

"Ini ayam kampung atau tiket VIP ke surga?" seru Akbar setelah suapan pertama.

Tawa pecah. Rafi bahkan menyeka air mata sambil berkata, "Aku nggak nyangka perjalanan literasi ini juga punya menu pamungkas."

Namun, suasana santai itu berubah hening saat Dina menerima telepon dari ibunya. Wajahnya pucat. "Aku harus ke Solo sekarang," katanya, nyaris berbisik.

Rafi langsung sigap. "Ada apa, Din?"

Dina menelan ludah, menahan gemetar di suaranya. "Bapak... masuk rumah sakit. Jantungnya... dia koma."

Semua terdiam. Akbar segera menyelesaikan pembayaran, dan mereka bergegas ke mobil. Perjalanan ke Solo jadi sunyi, hanya suara ban melintasi aspal yang terdengar.

Ketika sampai di rumah sakit, Dina langsung berlari ke ruang ICU. Dia melihat bapaknya terbaring, tubuhnya dikelilingi selang dan monitor yang berbunyi pelan. Ibunya berdiri di samping tempat tidur, menatap kosong.

Dina mendekat. "Bu, gimana keadaan Bapak?"

Sang ibu menatap Dina dengan mata berkaca-kaca. "Din, tadi sebelum masuk ICU, Bapak sempat bilang satu hal... Dia bilang, dia bangga sama kamu. Katanya, 'Dina itu kayak teknologi... selalu tahu cara nyelamatin orang lain, tapi kadang lupa jaga dirinya sendiri.'"

Air mata Dina jatuh. Kata-kata itu menampar hatinya. Selama ini, dia sibuk membawa perubahan untuk orang lain, tapi lupa memperhatikan keluarga dan dirinya sendiri.

Pagi itu, di bawah langit Solo yang abu-abu, Dina berdiri di depan ruang ICU. Perjalanan literasi yang penuh tawa dan inspirasi tadi berubah jadi renungan besar: apa artinya membawa terang ke luar kalau nyala lilin di rumah sendiri hampir padam?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun