Ia berjalan ke dapur, menatap gelas retak yang masih bertengger di rak. Kali ini, ia tidak lagi ingin melemparkannya. Ia mengambil gelas itu, mengelus retaknya dengan jari. Lalu dengan hati-hati, ia meletakkannya di tempat sampah.
Sambil menatap gelas itu untuk terakhir kalinya, ia bergumam lirih, "Kalau mau mulai dari awal, aku harus belajar membuang yang lama."
Rani berdiri. Tangannya menggenggam sapu, mulai membersihkan rumah yang berantakan. Sesekali ia berhenti, merasakan pedihnya kesendirian. Tapi ia tahu, ini bukan akhir. Gelas yang baru bisa diciptakan. Hanya saja, kali ini ia harus memulainya sendiri.
Di kejauhan, terdengar bunyi langkah kecil. Anak mereka pulang sekolah. Rani tersenyum tipis, lalu menyambut anaknya dengan pelukan yang lebih erat dari biasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H