Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dalam Lembah Kasih

18 November 2024   13:38 Diperbarui: 18 November 2024   13:41 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu, Sura Dira tidak bisa tidur. Di luar, angin berhembus kencang, seolah-olah dunia pun menantikan keputusan yang akan ia buat. Namun, pagi harinya, dia memimpin pasukannya menuju medan perang dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya.

Perang pun dimulai. Pasukan Sura Dira berbaris dengan gagah, namun tiba-tiba, musuh yang dihadapi justru tidak melawan. Mereka mundur tanpa sepatah kata pun. Ketika Sura Dira tiba di gerbang kerajaan musuh, ia disambut oleh Raja yang menyerah tanpa syarat.

"Kenapa?" tanya Sura Dira, bingung dan tercengang. "Kenapa kalian tidak melawan?"

Raja itu menundukkan kepala. "Kami mendengar kabar tentang seorang wanita di lembah. Tentang kasih sayang yang dia bicarakan, tentang perdamaian yang dia tawarkan. Kami memilih untuk berdamai."

Sura Dira tertegun, wajahnya berubah. Ia tidak bisa memahami apa yang baru saja terjadi. Semua yang dia percayai tentang kekuatan, tentang peperangan, tentang kemenangan, seolah runtuh dalam sekejap. Kekuatannya---yang selama ini tak tertandingi---tidak mampu melawan kedamaian yang lebih besar dari apa yang pernah ia bayangkan.

Pandangannya beralih ke tempat yang sepi, ke dalam dirinya sendiri. Dalam heningnya, dia ingat kembali kata-kata Nirmala yang terdengar semakin jelas, seperti gema yang tak pernah berhenti: Kasih sayanglah yang mengalahkan segalanya.

Hati Sura Dira yang kokoh seakan retak. Dia merasa hancur, bukan karena musuh yang tak bisa ia kalahkan, tetapi karena dia baru saja kalah dalam pertempuran terbesar---pertempuran dengan dirinya sendiri.

"Aku yang lemah..." gumamnya, matanya basah. Di sinilah kekuatan sejati diuji---bukan di medan perang, tetapi di dalam hati yang penuh keangkuhan yang harus melepaskan diri dari ketakutan akan kelemahan.

Sura Dira, sang pahlawan yang tak terkalahkan, kini tahu: bahwa ketidakgentaran, kekuatan, dan kejayaan akan luluh oleh kasih sayang. Dan di saat itu, dia merasa dirinya lebur, bukan karena kekalahan, tetapi karena penerimaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun