OLEH: Khoeri Abdul Muid
Di lereng tenggara gunung Muria yang indah nan permai, tepatnya di wilayah RT. 3 RW.1 Dukuh Rendhole (ada yang menyebut Rendole/Rondole), Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, suatu wilayah yang berada di 5 KM dari titik nol alun-alun, atau 2 km dari Stadion Joyokusumo itu, ---ada sebangun benda yang terbuat dari kayu jati berupa pintu ukir beserta kusennya (regol-Jw) yang indah nan "misterius".
Menurut sejarahnya, pintu tersebut masih asli sebagaimana sedia kala, tapi rumah pelindungnya telah mengalami pemugaran berkali-kali, mulai dari beratap rumbia, sirap hingga sekarang beratap genting berpenyangga cor dan berlantai keramik.
Benda yang diakui Dinas Purbakala Jawa Tengah sebagai cagar budaya ini, oleh sebagian orang, ---termasuk juga Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pati, disebut Pintu Gerbang Majapahit (PGM) atau Gapura Majapahit, dan diyakini berkaitan dengan legenda terjadinya Dukuh Rondole, bahkan oleh dinas tersebut pula plang sinopsis legendanya dipasang di area PGM.
Mengenai legenda dukuh Rendole, sebagaimana sifat dasar dari legenda pada umumnya, yang merupakan teks tutur yang penuh dengan bunga-bunga, apalagi yang terwariskan turun temurun, ---pastinya juga berkonsekuensi pada munculnya varian teks yang relatif banyak.
Gejala ini bisa dilihat dari beberapa penyebutan dukuh pemilik legenda itu sendiri yang berbeda-beda hingga kini. Arus budaya masyarakat menyebutnya Rendole. Ada juga yang baca: Rendhole dalam varian --e- pepet ataupun --e- taling) akronim dari "leren amergo mondol-mondol matane lan mele-mele ilate" (terhenti karena melotot matanya dan menjulur lidahnya alias tidak kuat lagi). Sebagaimana tampak dari penulisan plang nama STM atau SMK 2 Pati.
Arus Pemkab kini menyebutnya Rondole sebagai akronim dari "sak kloron padha bandhole" (kedua-duanya sama-sama saktinya) dapat dilihat dari plang sinopsis di atas dan plang Kantor Desa Muktiharjo serta petunjuk masuk area PGM.
Mengenai ketidak-benaran bahwa benda itu sebagai PGM telah dibahas tuntas oleh Praba Hapsara, Kisah-kisah Lama dari Pati. Meski demikian, kalangan "akademisi" yakni SD yang berhadapan dengan PGM menyebut Gugus Sekolahnya sebagai Majapahit.
Â
Diskursus soal legenda dan PGM memang sudah lama terjadi. Mulai dari penyebutan pintu gerbang atau pintu saja? Milik majapahit atau milik kadipaten Pati? Legenda dukuh Rendole unsich atau media devide et imperanya kolonial yang mengarahkan masyarakat Pati agar Majapahit yes dan Mataram Islam No?
Â
Entahlah. Pastinya masih terdapat segudang ceritera-ceritera misterius dalam PGM ini, termasuk, mungkin makna relief wayang yang ada di daun pintunya.
Anda penasaran dan tertarik mendalaminya? Silahkan berkunjung ke daerah saya itu dan jangan lupa "pinarak" bersinggah di gubuk saya. Terimakasih.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H