OLEH: Khoeri Abdul Muid
Ponco dan Silo sedang duduk di sebuah warung kopi. Mereka terlibat dalam diskusi hangat mengenai keputusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus frasa "empat pilar kebangsaan."
Ponco: "Lo, Silo, apa pendapatmu soal keputusan Mahkamah Konstitusi yang hapus frasa 'empat pilar kebangsaan'? Nggak kuat lagi mengikat tuh katanya."
Silo: "Nah, itu dia yang bikin aku bingung, Ponco. Kenapa tiba-tiba frasa itu dianggap nggak perlu? Bukannya konsep empat pilar ini justru bagus buat sosialisasi nilai kebangsaan ke masyarakat?"
Ponco: "Sebentar, bro. Coba deh pikir lebih dalam. Menurut Mahkamah Konstitusi, kalau Pancasila dibilang cuma satu dari empat pilar, kesannya kayak Pancasila sejajar sama yang lain. Padahal Pancasila itu fondasi utama, dasar negara kita!"
Silo: "Hmm... tapi maksud dari empat pilar itu, kan, biar gampang dipahami masyarakat, kan? Kalau Pancasila dianggap fondasi, bukannya UUD '45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika itu juga penting?"
Ponco: "Iya, semuanya memang penting. Tapi coba lihat dari sisi lain. Menurut MK, nggak bisa Pancasila disetarakan begitu aja. Ini soal konsep dasar, loh. Makanya, kata mereka, pakai istilah 'empat pilar' itu malah bikin rancu."
Silo: "Tapi Ketua MPR, Pak Sidarto, sampai bilang, kalau istilah empat pilar itu sebenarnya biar masyarakat lebih mudah memahami nilai-nilai kebangsaan kita, termasuk Pancasila. Katanya juga, istilah itu nggak dimaksudkan buat bikin orang bingung."
Ponco: "Iya, aku ngerti maksud baiknya, Silo. Tapi, masalahnya, pakai istilah 'empat pilar' ini malah bikin kebingungan di lapangan. Malah ada yang ngerasa Pancasila jadi kelihatan cuma setara sama yang lain. Kalau nggak dipikir dalam-dalam, kesannya Pancasila bukan lagi fondasi, tapi cuma satu bagian dari empat."
Silo: "Hmm... iya juga, sih. Tapi tetap aja, menurutku dengan adanya empat pilar ini, konsep dasar yang disosialisasi bisa lebih mudah dipahami."
Ponco: "Kalau dilihat lagi, cara ini kayak anak kecil main pecahan kaca. Mungkin maksudnya buat main-main, nggak dimaksudkan buat bahaya. Tapi kalau nggak hati-hati, malah jadi luka, kan? Begitu juga dengan empat pilar. Niatnya sih bagus, tapi ternyata bikin konsep yang rancu."
Silo: "Aku mulai paham maksudmu, Ponco. Jadi menurutmu, istilah empat pilar ini kayaknya malah lebih bahaya karena konsep dasarnya jadi salah kaprah?"
Ponco: "Tepat! Lihat deh, gimana bingungnya orang pas nyebut empat pilar. Di satu sisi mereka bilang empat pilar. Tapi di sisi lain ada yang bilang Pancasila fondasi, UUD '45 tiang, NKRI atap, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai penghuni. Nah, kalau orang awam dengar ini, apa nggak makin bingung?"
Silo: "Iya juga, ya. Jadi sebenernya, MK tuh ingin meluruskan konsepnya biar nggak salah kaprah di masa depan, apalagi buat generasi mendatang?"
Ponco: "Tepat! Dan menurut MK, ini soal penempatan konsep. Bukan cuma soal istilah. Kalau mau bangsa kita benar-benar memahami dasar negara, ya istilah yang dipakai juga harus jelas. Nggak boleh bikin generasi ke depan tambah bingung."
Silo: "Wah, ternyata nggak sesimpel yang aku kira ya, Ponco. Kadang niat baik aja nggak cukup kalau konsep dasarnya masih bisa diperdebatkan dan malah bikin rancu."
Ponco: "Nah, itu dia, Silo. Jadi, ya keputusan MK ini bukan soal anti-empat pilar atau apa, tapi lebih ke penegasan bahwa Pancasila memang fondasi kita. Jangan sampai konsep kayak gini dipahami setengah-setengah."
Silo: "Setuju. Nggak heran beberapa tokoh meradang pas MK keluarkan putusan itu. Tapi, kalau dilihat dari sisi konsep seperti yang kamu bilang, aku jadi paham kenapa MK merasa harus menghapus frasa itu."
Ponco: "Sip, Silo. Kadang-kadang, konsep yang benar lebih penting daripada sekadar memudahkan. Kalau fondasinya kuat, masyarakat juga akan lebih paham inti dari nilai-nilai kebangsaan kita."
Silo: "Terima kasih, Ponco. Obrolan ini bikin aku sadar pentingnya memahami esensi, nggak cuma sekadar istilah yang gampang dicerna."
Ponco: "Sama-sama, Silo. Inilah pentingnya diskusi, biar kita nggak salah kaprah dalam memahami konsep bangsa kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI